Kerang Mutiara

Salahkah jika seorang yang kuat pun bisa kecewa bahkan terluka?
Rasanya terlalu naïf jika ada yang berpikir bahwa orang yang selalu kuat itu tidak pernah terluka, mereka menyebutnya “Tahan banting”. Seorang yang kuat sekalipun ia motivator hebat sejagat tetaplah manusia biasa yang memiliki fitrah untuk melewati berbagai rasa bukan terbatas pada kebahagiaan tapi juga kesedihan, bukan hanya semangat tapi juga sesekali bisa jatuh karena kecewa.
Sobat, kau pernah melihat mutiara? Atau kau memiliki mutiara (yg asli ya) ? Indah bukan? 🙂
Layaknya sebuah kerang dilautan, untuk menghasilkan sebuah mutiara yang indah sang kerang harus melewati hari yang penuh perjuangan. Setiap kali ombak dan pasir yang masuk dan keluar pada kerang dirasa begitu sakit. Ombak yang bergelombang juga tak jarang ada badai. Namun akhirnya butiran mutiara lahir dari sebuah kerang yang berusaha bertahan dengan pasir dan ombak itu. Dan mutiara itu begitu indah tak kalah indah dari hiasan laut lainnya, bahkan harganya mahal.
Seperti itulah sebuah kehidupan, seorang anak manusia. Ia tumbuh kuat dan tegar bukan tanpa ujian. Ia kuat bukan tanpa kecewa yang dilewatinya dan ia tegar bukan tanpa luka yang dilaluinya. Semua datang silih berganti. Bukan berarti kita tidak boleh kecewa atau terluka, bahkan kita boleh saja marah akan suatu hal yang memang tidak bisa ditoleransi lagi, hanya saja bagaimana kita menempatkan marah, kesedihan dan kecewa pada porsinya yakni tidak berlebihan. Marah pada batasnya. Dan satu hal yang perlu kita ingat sobat, bahwa kita boleh membenci dan marah karena Allah. Bukanhkah ketika kita mencintai harus dilandasi oleh cinta karena Allah? Maka ketika membenci pun karena Allah, marah karena ada hal – hal yang tidak sesuai ajaranNya. Tapi Sobat, yang harus kita benci bukanlah semata orang pelaku maksiat melainkan perbuatan maksiat.
Dan semoga apapun yang kita alami sekarang dapat kita lewati dengan penuh kesabaran dan kecintaan karenaNya untuk bisa menjadi mutiara indah dalam episode kehidupan ini.. 🙂

NEGARA ADIDAYA (Puisi)

MENGAKU SEBAGAI NEGARA ADIDAYA
NAMUN DI SETIAP WAKTU BERLAKU ANIAYA
KRISIS EKONOMI ADIDAYA KRISIS DUNIA
MENGAKU SEBAGAI POLISI DUNIA
NAMUN MENEBAR RUDAL DI UJUNG DUNIA
MENGAKU SEBAGAI POLISI DUNIA
NAMUN MEMBIARKAN KEJAHATAN MERAJALELA
MENGAKU SEBAGAI POLISI DUNIA
NAMUN MENJADIKAN KEKUASAAN SENJATA ADALAH SEGALANYA
DUNIA
DUNIA
DUNIA
DUNIA ADALAH KARUNIA – NYA YANG TAK SEMESTINYA DIPEGANG SANG ADIDAYA PELAKU ANIAYA!!!

RAPUH.. (puisi)

BENTENG PERTAHANAN TAK LAGI KOKOH
RAPUH TERMAKAN USIA
SEGALA CITA LEBUR DILEMA REALITA
SEMUA ASA NYARIS BINASA
KETEGASAN TAK LAGI JADI PERISAI
RAPUH TERMAKAN UJIAN
PERASAAN SEMU KACAUKAN PIKIRAN
BERHARAP SEORANG PANGERAN
TUNTUNAN TAK LAGI JADI PEDOMAN
APALAH ARTI SEMUA KEBAJIKAN,
JIKA SEMUA HANYALAH KESOMBONGAN?
APALAH ARTI SEORANG PANGERAN,
JIKA HIDUP TIDAKLAH BENDERANG?

Gaya Tarik Magnet

Pagi yang indah..
Setelah lantunan ayat cinta yang ku dendang di atas sajadah merah bersama senandung Rabithah, di balik tirai ku intip matahari yang masih bersembunyi jauh di balik awan sana. Hari masih belum terang meski adzan telah berkumandang sekitar satu jam yang lalu. Perlahan ku tarik daun pintu menikmati udara pagi yang membuka celah rongga pernapasan hingga terasa segarnya. Kilas balik berbagai dinamika kehidupan hadir dan ku beri nama itu dengan sebuah judul “gaya tarik magnet”.
Sobat, pernahkah kau melihat dan memainkan magnet? Magnet yang memiliki gaya tarik menarik secara otomatis. Dan pernahkah kau secara otomatis dekat dengan seseorang entah sahabat, saudara atau mungkin seseorang yang spesial dalam hidupmu? Dan semua itu terjadi begitu saja mungkin tanpa kau sadari, secara otomatis.
Ketika kita menutup diri untuk sahabat ataupun saudara maka kita seperti sedang membangun benteng yang membatasi antara kita dan mereka. Kita tidak bisa berharap mereka dekat dan terbuka jika benteng itu terus membatasinya. Seperti magnet yang juga memiliki gaya tolak bahkan terlempar saat tak bertemu benda yang pas.
Namun saat kita memilih tuk membuka diri (bergaul) dengan baik dan percaya terhadap seseorang maka secara otomatis (seperti gaya magnet) mereka pun akan percaya dan tumbuhlah saling percaya antara kita dan mereka.
Sobat, kau tahu apa itu ukhuwah? Ukhuwah islamiyah?
Ukhuwah islamiyah adalah persaudaraan islam yang terjalin karena iman. Kurang lebih seperti itu. Ada beberapa tahapan dalam ukhuwah, mulai dari mengenal (ta’aruf) sampai berkorban (itsar). Kita bebas menjalin ukhuwah dengan siapa saja yang seiman, namun tidak semudah itu sobat, karena ikatan hati tidak akan terjalin jika kita tidak mengenal dan memahami dengan siapa kita berukhuwah. Sama seperti magnet tadi, bahwa tidak akan ada gaya tarik – menarik jika tidak ada ikatan hati, yang terjadi adalah gaya tolak.

Ayah..

Di pertigaan jalan seorang bapak naik sepeda lewat di depanku. Jika diperhatikan nampaknya belum terlalu tua, mungkin usianya masih sekitar kepala tiga (tapi tadi kepalanya cuman satu kok,, hehe). Sepeda yang luar biasa, karena terdapat keranjang di belakangnya bukan di depan seperti sepeda pada umumnya, dan didalamnya terdapat sayuran. Tampilannya seperti penjual sayur yang sering lewat depan rumahku, mungkin si bapak baru selesai dagang. Tanpa senyum, dengan serius mengayuh sepeda dan mata yang tertuju pada satu garis lurus jalan raya. Tanpa diketahui mataku mengikutinya sampai ia berlalu.
Bapak itu pastilah seorang kepala keluarga, sepertinya ia begitu lelah dengan wajahnya yang kusut. Belum lagi sisa dagangan sayurannya, kira – kira dari mana ya? Tempat ia menjual jauh tidak?
Melihat semua itu, terlintas dalam pikiran satu kata “Ayah”..
… Ayah,, teringat aku akan wajahmu yang berminyak karena peluh sepulang kerja demi mencari sesuap nasi untuk keluarga..
Ayah,, dalam watak dan pendirianmu yang keras ku tahu tersimpan kasih sayang untuk keluarga. Kau tak mau menerima sedikit pun uang yang diberikan tanpa kau tahu jelas untuk apa. Teringat juga saat kau melaksanaan audit di luar daerah, kau tak mau menerima bahkan menolak dengan keras “amplop” yang diberikan koruptor itu. Ayah,, kau begitu jujur menjalani semua tugasmu,, aku bangga padamu yah.
Ayah,, kau selalu mengingatkanku tuk berhati – hati dengan rok panjang yang ku pakai ketika naik motor,, pesanmu : “ hati2 Ratih itu rok kalo naik ojek”..
Ayah,, sewaktu ku kecil kau tak membiarkanku sedikitpun terluka. Teringat ketika ku mulai belajar berlari dan jatuh kau refleks menolongku untuk tidak terjatuh. Kau juga sangat marah ketika tahu di sekolah aku di pukul oleh Ibu guru karena terlambat masuk kelas.
Ayah,, hampir di setiap pulang kantor kau selalu membawakanku es krim, cokelat, dan makanan kesukaanku. Kau sering berkata “ kalo papa lewat toko trus liat ada makanan, papa ingat kamu di rumah”. Ketika kita pergi ke toko berdua kau mengambilkanku keranjang dan menyuruhku memilih apa saja yang ingin ku beli di toko itu,, cokelat, buah, roti dan masih banyak lagi.
Ayah,, dahulu setiap pulang sekolah kau membantu mengerjakan tugas matematika. Tak jarang kau melatihku dengan soal – soal yang rumit. Meski aku seringkali menangis karena suaramu yang keras saat mengajarkan perhitungan itu, tapi saat ini mungkin aku tak kan sepandai ini yah, jika tak dibiasakan belajar seperti dulu. Kau juga orang pertama yang protes saat nilai matematika ku di raport tidak mendapat angka minimal 8.
Ayah,, saat ini kau tak pernah marah jika aku pulang malam. Kau hanya menanyakan mengapa pulang malam, atau menanyakan mau pulang jam berapa. Tak sedikitpun kau melarang ku pulang malam, atau tak pulang karena kau percaya bahwa ketidakberadaanku di rumah adalah untuk keperluan kuliah dan dakwah. Terima kasih atas kepercayaanmu yah.
Ayah,, kau tak sungkan memasak untukku. Jika aku ingin makan nasi goreng, tanpa berpikir panjang kau melangkah ke dapur mengambil semua perlengkapan dan memasak nasi goreng untukku. Kau terlihat sangat senang saat aku memakannya dan menambah sedikit lagi di piring. Kau juga menyisakan sepiring untukku makan besok paginya.
Jika sekolah atau kuliah sedang mengadakan ujian semester, kau akan sibuk mempersiapkan semua untukku. Kau akan ke toko kue membeli roti dan brownis kesukaanku untuk ku makan di pagi hari dan bekal agar ketika ujian perutku tidaklah kosong.
Oh ya, ada lagi.. dulu ketika kecil sebelum tidur kau akan membawakan dongeng untukku, bukan dibaca tapi kau hafal. Kau bercerita mengenai malin kundang, si ketimun, dan cerita lainnya. Juga tentang Surga. Kau tahu aku sangat suka dengan susu, kau mengatakan jika aku masuk surga maka aku bisa minum susu sepuasnya, bahkan katanya di surga ada kolam susu, jika aku berenang di situ, mandi susu,semut tidak akan menggigitku karena manisnya susu, semua itu karena aku berada di surga, begitu ceritamu.
Ayah,, kau seperti malaikat.. apa saja yang ku minta akan kau penuhi. Hanya saja entah mengapa aku selalu malu denganmu. Padahal kau ayah kandungku. Untuk meminta uang sekolah saja aku malu. Mungkin karena itu kau selalu menyelipkan uang di buku atau di meja belajar untuk membayar uang sekolahku? 😦
Ayah,, kau mengerti aku. Jika aku diam saja di rumah dan tidak berbicara, kau tahu aku sedang marah atau sedang banyak masalah. Kau pernah bilang “kita tidak akan sakit hati ataupun tersakiti jika kita tidak mengizinkan diri kita untuk tersakiti.”
Ayah oh ayah.. saat ini kau sedang menonton tv di depanku. Apa jadinya kalau kau tahu aku sedang menulis tentangmu??
Kabuuuuuuuuurrrrrrrrrrr…………….. *_*

Melukis dengan Kata..

Jam menunjukkan hampir pukul 10 malam,, tugasku masih menumpuk untuk esok hari, tentu kau kan bertanya “Mengapa tak dikerjakan dari kemarin?”, tak lain karena waktu,, ya waktu, tiada hari tanpa agenda tiada hari tanpa di luar rumah, dan saat ini harusnya aku sedang menyelesaikan tugas tapi nulis dulu deh biar bisa Fresh. 🙂
Melukis dengan kata,,
Sobat, aku bukanlah orang yang pandai melukis seperti para pelukis atau yang bisa menggaris dengan lurus menyambungkan antara titik yang satu ke titik yang lain dengan sempurna seperti para arsitek. Lukisan seringkali menyimpan banyak makna, dan kali ini akan ku lukiskan makna itu bukan dengan gambar atau sketsa namun kata. Ya, melukis dengan kata..
Pelangi,, hadirmu selalu dinanti,,
Ketika kau muncul menghias langit, hampir setiap pasang mata anak adam tertuju padamu,, walau harus menggapai tingginya jarak penglihatan lensa..
Mungkin kau begitu menawan hati dan mempesona dalam bingkai warna indah, ada merah, kuning, hijau dan jingga…
Kau indah dengan perpaduan warna itu, rasanya seperti tak ada yang bisa menyaingimu bukan?
Lantas bagaimana dengan sebuah kehidupan? Ku rasa kehidupan menyimpan makna yang tak kalah indah dengan pelangi,,
Karena kehidupan memiliki warna yang lebih lengkap dari pelangi.. ada merah, kuning, hijau, merah muda, kelabu juga hitam. Dan mungkin masih ada warna lain yang tersimpan di dalamnya yang belum terjamah oleh kita, para pemain dalam panggung kehidupan ini..
Setiap warna menyimpan berjuta makna, bisa kau bayangkan betapa indahnya warna dengan makna,, meski kau bukanlah seorang seniman namun kaulah yang melukis warna dalam kehidupan itu sendiri…
Cat kelabu,, seseorang datang dan pergi dalam silih berganti waktu, suatu ketika ia datang tak diduga mewarnai bingkai kehidupan yang kian terasa semakin ceria dengan warna itu,, hadir di setiap waktu tanpa dipinta tanpa diharap. Bukan pahlawan kesiangan, bukan pula orang asing namun sepertinya ia adalah malaikat. Namun entah apa yang membuat malaikat itu menjadi sosok yang asing, menjauh tanpa sebab. Waktu pun menjawab semua sebab kepergiannya, tak lain Karena masalah yang sulit dijabarkan, karena “merasa” . Ya, ia merasa menjadi pahlawan kesiangan, merasa tak pantas dan masih banyak lagi hingga menjauh. Kedatangan yang begitu berarti berganti menjadi cat kelabu dalam bingkai kehidupan itu,, hanya kelabu..
Cat hitam,,
Air yang mengalir seirama derasnya hujan terlihat semakin keruh,, bukan karena pergantian musim namun karena muara air itu tersumbat oleh berbagai kerikil dan batu, menutup semua celah.. Dahulu melihat aliran air dari kejauhan sepertinya begitu jernih namun semakin dekat bahkan mencelupkan diri ke dalamnya semakin terasa keruhnya.. seorang bidadari yang terlanjur mencelupkan diri ke dalamnya ingin menghapus cat hitam oleh sebab kekeruhan itu walau perlahan dan dengan penuh kesabaran,, “sekeruh – keruhnya jamaah masih lebih baik daripada bening sendiri karena pertolongan Allah ada pada Jamaah”
Cat Biru, merah, jingga, hijau..
Beraneka warna pun bersatu menjadi sebuah bingkai kehidupan yang indah seindah pelangi….

Tsunami mengguncang Manado

Kemarin Manado dikejutkan dengan berita waspada tsunami dari BMKG. Awalnya aku sempat tak pecaya akan hal ini, tapi melihat semua persiapan orang – orang disekitar membuatku percaya dannturut mempersiapkan diri juga dengan mencari tempat yang aman. Ketika berita itu ada aku sedang tidak di rumah, di masjid kampus ada pra dauroh Marhalah 1 sampai menjelang magrib. Setelah selesai acara tersebut Aku, Mega, Anty dan Anggun bergegas ke kosan Bahu untuk mengambil ijazah. Ba’da Magrib kami berempat berangkat menuju suatu tempat yang lebih tinggi. Suasana mulai ramai, lalu lalang mobil, motor dan para pejalan kaki memenuhi jalan. Rasanya seperti ada di pasar malam. Seperti tak ada tujuan, kami tidak tahu lagi mau kemana. Setapak demi setapak terasa semakin berat, semakin sesak dan semakin habis kekuatan yang kupaksa ada. Berhenti sejenak dan lanjutkan kembali hingga tiba di suatu tempat yang cukup tinggi. Dengan ramahnya orang – orang yang berada di tempat itu mengajak dan mempersilakan untuk duduk beristirahat, kami pun mengikutinya. Setelah sedikit melepas lelah dan mengamati lingkungan sekitar baru kami sadari bahwa tempat itu adalah gereja. Akhirnya dengan memaksa kaki tuk menapak lagi jalan meninggalkan tempat ini menuju tempat lebih baik,, karena terlintas dipikiran jika maut menjemput saat itu bagaimana mungkin kami sedang berada di gereja *_*. Setelah cukup jauh dan melihat papan jalan ternyata kami sudah berada di “Batu Kota”. Sepertinya tempat ini sudah cukup aman tuk beristirahat dan menunggu hingga waktu tsunami datang. Ada juga banyak orang yang berkumpul disitu, didepan rumah yang tak kami kenal siapa orangnya. Tapi tak lama kemudian si pemilik rumah mebukakan pintu pagar dan rumahnya mempersilakan kami masuk. Dengan senangnya kami masuk, udah gitu diberi minum pula lengkaplah kesenangan itu. Kami berkumpul dan duduk di depan televise menyaksikan berita dari berbagai siaran mulai dari TVONE, Metro hingga TVRI. Waktu menunjukkan hampir pukul 9 malam, sepertinya sudah aman, kami berempat pamit untuk kembali ke tempat asal yakni Kos, meskipun beberapa orang masih beristirahat di rumah itu bahkan ada yang tertidur. Di jalan pulang tidak ada angkutan umum, tapi Alhamdulillah ada ojek lewat. Tapi karena hanya satu kami minta si ojek untuk memanggil komplotannya hingga sampai empat ojek dan pulanglah kami berempat menuju kos, namun aAku meneruskan untuk meneruskan menuju rumahku surgaku, Malalayang City… 🙂