Di Tengah Kesibukkan

Lama tak menulis lagi.. seperti ada yang kurang tak menyalurkan segala pikiran, perasaan, opini dan lainnya lewat tulisan. Jadi ingat sebuah kalimat yang sampai sekarang masih menginspirasi.. “Ikatlah ilmu dengan menulis”. Ya, menuliskan segala yang disaksikan panca indera hingga bisa menjadi pelajaran atau bahkan inspirasi bagi orang yang membacanya. Alhamdulillah semangat menulis itu datang kembali, walau ditengah kesibukkan yang ada. Memang kesibukkan bukanlah alasan untuk mengesampingkan hobi, apalagi menulis. Ku harap tulisan2 kunanti bisa menginspirasi pembaca atau minimal menjadi pembelajaran untuk diri sendiri.

Apa kabar semangat hari ini?

Masihkah menggelora ataukah telah padam oleh rutinitas? Berbicara soal semangat yang datang dan pergi, naik dan turun. Kadang disaat semangat sedang naik rasanya apapun dapat kita lakukan, rasanya semua yang diimpikan semakin dekat, namun disaat semangat sedang turun maka semuanya tak  bisa dilakukan, bahkan hidup ini sesaat kehilangan makna. Apakah pembaca pernah mengalami hal yang sama?

Suatu ketika seseorang mengirim pesan singkat, kurang lebih seperti ini ” Selalu tetap semangat Ratih, kau harus terbiasa dalam tekanan, dalam kondisi yang membuat tak baik suasana jiwa.. dan semua itu tak boleh mempengaruhi jiwamu. tak boleh kau menjadi kuat atau lemah karena lingkungan, pekerjaan, keluarga dan organisasi.. semua harus KAU TAKLUKAN, BUKAN SEBALIKNYA”..dst. Awalnya kupikir pesan itu biasa saja. Aku sudah terbiasa membaca banyak tulisan – tulisan para motivator, bagiku saat semangat sedang sangat menurun tulisan – tulisan penyemangat tak berpengaruh, sama sekali tidak. Namun entah kenapa aku membaca kembali berulang.. dan jadi kepikiran dengan pesan singkat itu. Ada benarnya juga, aku harus bisa menaklukan semua tantangan yang ada. Bukankah sebelumnya ada begitu banyak masalah dan tantangan besar yang telah mampu kulewati? Lantas mengapa sekarang aku menyerah begitu saja?
Mulailah aku menelusuri kedalaman pikiran dan mencari tahu apa sebenarnya yang membuatku kehilangan semangat yang ada. Ternyata ada beberapa kekhawatiran dan kurangnya tujuan yang membuat semangat itu pergi meninggalkanku. Kini kutemukan kembali semangat itu..

Ternyata kita butuh kejelasan tujuan hidup yang sebenarnya. Tujuan yang jelas, target yang jelas, perencanaan yang jelas. Hingga saat semua itu telah jelas maka takkan ada kata tak bersemangat atau kehilangan gairah hidup karna kita telah menyadari apa sebenarnya yang tengah diperjuangkan..

Manado, 23 Marer 2016
_Disela kesibukkan yang ada_

PAHLAWAN KEHUJANAN (belajar nulis fiksi nih :) )

Sobat, aku suka hujan, dengan turunnya hujan, aku dan beberapa teman bisa berlari menelusuri setiap lorong dari kampung rumah kumuhku hingga menjelajahi perkebunan teh milik Pak Saleh di seberang jalan. Tapi, selain itu ada yang selalu kutunggu yakni kepingan Rupiah yang kudapat dari ojek payung. Aku, Jojo, Yanto, Ipang, dan Keke, kami para pahlawan kehujanan, *oops maklumlah, jadi pahlawan untuk orang lain yang kehujanan dengan memberi payung tapi diri sendiri kena hujan dan tak berpayung. 
Sekitar 2Km dari perkebunan teh Pak Saleh terdapat minimarket, warteg, juga rumah sakit yang selalu ramai, nah disinilah tempat kami menjemput rejeki. Sudah empat hari hujan seringkali mengguyur kota ini, dan hujan memang sering datang hingga kota kami tercinta dinamakan kota hujan, Bogor. Aku memiliki keinginan yang besar untuk memiliki kamus Oxford yang ada di salah satu toko buku dekat minimarket itu, biar bisa lancar dan jago bahasa Inggris seperti Ibu Nurul, guru bahasa inggris disekolah, tapi tau sendirilah untuk makan sehari saja terkadang hasil dagangan sayur Bapak tidaklah mencukupi, belum lagi dengan adikku yang batita yang membutuhkan suplai makanan bergizi, hingga kami seringkali hanya mengganjal makan malam dan siang dengan air putih. Tapi empat hari hujan telah memenuhi hampir separo celengan ayam kesayanganku, meski belum di hitung berapa jumlahnya. Ada recehan juga selember dua puluribu pemberian seorang Ibu saat aku membantu membawa barang belajaannya di minimarket kemarin sore.
* Bersambung….

Gaya Tarik Magnet

Pagi yang indah..
Setelah lantunan ayat cinta yang ku dendang di atas sajadah merah bersama senandung Rabithah, di balik tirai ku intip matahari yang masih bersembunyi jauh di balik awan sana. Hari masih belum terang meski adzan telah berkumandang sekitar satu jam yang lalu. Perlahan ku tarik daun pintu menikmati udara pagi yang membuka celah rongga pernapasan hingga terasa segarnya. Kilas balik berbagai dinamika kehidupan hadir dan ku beri nama itu dengan sebuah judul “gaya tarik magnet”.
Sobat, pernahkah kau melihat dan memainkan magnet? Magnet yang memiliki gaya tarik menarik secara otomatis. Dan pernahkah kau secara otomatis dekat dengan seseorang entah sahabat, saudara atau mungkin seseorang yang spesial dalam hidupmu? Dan semua itu terjadi begitu saja mungkin tanpa kau sadari, secara otomatis.
Ketika kita menutup diri untuk sahabat ataupun saudara maka kita seperti sedang membangun benteng yang membatasi antara kita dan mereka. Kita tidak bisa berharap mereka dekat dan terbuka jika benteng itu terus membatasinya. Seperti magnet yang juga memiliki gaya tolak bahkan terlempar saat tak bertemu benda yang pas.
Namun saat kita memilih tuk membuka diri (bergaul) dengan baik dan percaya terhadap seseorang maka secara otomatis (seperti gaya magnet) mereka pun akan percaya dan tumbuhlah saling percaya antara kita dan mereka.
Sobat, kau tahu apa itu ukhuwah? Ukhuwah islamiyah?
Ukhuwah islamiyah adalah persaudaraan islam yang terjalin karena iman. Kurang lebih seperti itu. Ada beberapa tahapan dalam ukhuwah, mulai dari mengenal (ta’aruf) sampai berkorban (itsar). Kita bebas menjalin ukhuwah dengan siapa saja yang seiman, namun tidak semudah itu sobat, karena ikatan hati tidak akan terjalin jika kita tidak mengenal dan memahami dengan siapa kita berukhuwah. Sama seperti magnet tadi, bahwa tidak akan ada gaya tarik – menarik jika tidak ada ikatan hati, yang terjadi adalah gaya tolak.

Ayah..

Di pertigaan jalan seorang bapak naik sepeda lewat di depanku. Jika diperhatikan nampaknya belum terlalu tua, mungkin usianya masih sekitar kepala tiga (tapi tadi kepalanya cuman satu kok,, hehe). Sepeda yang luar biasa, karena terdapat keranjang di belakangnya bukan di depan seperti sepeda pada umumnya, dan didalamnya terdapat sayuran. Tampilannya seperti penjual sayur yang sering lewat depan rumahku, mungkin si bapak baru selesai dagang. Tanpa senyum, dengan serius mengayuh sepeda dan mata yang tertuju pada satu garis lurus jalan raya. Tanpa diketahui mataku mengikutinya sampai ia berlalu.
Bapak itu pastilah seorang kepala keluarga, sepertinya ia begitu lelah dengan wajahnya yang kusut. Belum lagi sisa dagangan sayurannya, kira – kira dari mana ya? Tempat ia menjual jauh tidak?
Melihat semua itu, terlintas dalam pikiran satu kata “Ayah”..
… Ayah,, teringat aku akan wajahmu yang berminyak karena peluh sepulang kerja demi mencari sesuap nasi untuk keluarga..
Ayah,, dalam watak dan pendirianmu yang keras ku tahu tersimpan kasih sayang untuk keluarga. Kau tak mau menerima sedikit pun uang yang diberikan tanpa kau tahu jelas untuk apa. Teringat juga saat kau melaksanaan audit di luar daerah, kau tak mau menerima bahkan menolak dengan keras “amplop” yang diberikan koruptor itu. Ayah,, kau begitu jujur menjalani semua tugasmu,, aku bangga padamu yah.
Ayah,, kau selalu mengingatkanku tuk berhati – hati dengan rok panjang yang ku pakai ketika naik motor,, pesanmu : “ hati2 Ratih itu rok kalo naik ojek”..
Ayah,, sewaktu ku kecil kau tak membiarkanku sedikitpun terluka. Teringat ketika ku mulai belajar berlari dan jatuh kau refleks menolongku untuk tidak terjatuh. Kau juga sangat marah ketika tahu di sekolah aku di pukul oleh Ibu guru karena terlambat masuk kelas.
Ayah,, hampir di setiap pulang kantor kau selalu membawakanku es krim, cokelat, dan makanan kesukaanku. Kau sering berkata “ kalo papa lewat toko trus liat ada makanan, papa ingat kamu di rumah”. Ketika kita pergi ke toko berdua kau mengambilkanku keranjang dan menyuruhku memilih apa saja yang ingin ku beli di toko itu,, cokelat, buah, roti dan masih banyak lagi.
Ayah,, dahulu setiap pulang sekolah kau membantu mengerjakan tugas matematika. Tak jarang kau melatihku dengan soal – soal yang rumit. Meski aku seringkali menangis karena suaramu yang keras saat mengajarkan perhitungan itu, tapi saat ini mungkin aku tak kan sepandai ini yah, jika tak dibiasakan belajar seperti dulu. Kau juga orang pertama yang protes saat nilai matematika ku di raport tidak mendapat angka minimal 8.
Ayah,, saat ini kau tak pernah marah jika aku pulang malam. Kau hanya menanyakan mengapa pulang malam, atau menanyakan mau pulang jam berapa. Tak sedikitpun kau melarang ku pulang malam, atau tak pulang karena kau percaya bahwa ketidakberadaanku di rumah adalah untuk keperluan kuliah dan dakwah. Terima kasih atas kepercayaanmu yah.
Ayah,, kau tak sungkan memasak untukku. Jika aku ingin makan nasi goreng, tanpa berpikir panjang kau melangkah ke dapur mengambil semua perlengkapan dan memasak nasi goreng untukku. Kau terlihat sangat senang saat aku memakannya dan menambah sedikit lagi di piring. Kau juga menyisakan sepiring untukku makan besok paginya.
Jika sekolah atau kuliah sedang mengadakan ujian semester, kau akan sibuk mempersiapkan semua untukku. Kau akan ke toko kue membeli roti dan brownis kesukaanku untuk ku makan di pagi hari dan bekal agar ketika ujian perutku tidaklah kosong.
Oh ya, ada lagi.. dulu ketika kecil sebelum tidur kau akan membawakan dongeng untukku, bukan dibaca tapi kau hafal. Kau bercerita mengenai malin kundang, si ketimun, dan cerita lainnya. Juga tentang Surga. Kau tahu aku sangat suka dengan susu, kau mengatakan jika aku masuk surga maka aku bisa minum susu sepuasnya, bahkan katanya di surga ada kolam susu, jika aku berenang di situ, mandi susu,semut tidak akan menggigitku karena manisnya susu, semua itu karena aku berada di surga, begitu ceritamu.
Ayah,, kau seperti malaikat.. apa saja yang ku minta akan kau penuhi. Hanya saja entah mengapa aku selalu malu denganmu. Padahal kau ayah kandungku. Untuk meminta uang sekolah saja aku malu. Mungkin karena itu kau selalu menyelipkan uang di buku atau di meja belajar untuk membayar uang sekolahku? 😦
Ayah,, kau mengerti aku. Jika aku diam saja di rumah dan tidak berbicara, kau tahu aku sedang marah atau sedang banyak masalah. Kau pernah bilang “kita tidak akan sakit hati ataupun tersakiti jika kita tidak mengizinkan diri kita untuk tersakiti.”
Ayah oh ayah.. saat ini kau sedang menonton tv di depanku. Apa jadinya kalau kau tahu aku sedang menulis tentangmu??
Kabuuuuuuuuurrrrrrrrrrr…………….. *_*

Renungkan..

Aku baru saja pulang, beberapa menit yang lalu ( mencari literature untuk tugas).
Ada sedikit kejadian yang ingin kuceritakan….
Sepulang dari toko buku, kendaraan jurusan malalayang yang ku tumpangi lewat melintasi kawasan “mantos”,. Seperti biasa, macet.. apalagi sampai menunggu penumpang..
Tak sengaja ku melihat ke sebelah kiri.. dan… ada seorang Bapak (tidak terlalu tua) mengenakan kaos kuning dan celana panjang sedang berjongkok tepat di sebelah tempat sampah. “apa yang dilakukannya? Mungkin memungut sampah” begitulah yang terlintas di pikiranku. Namun kuperhatikan lagi dari balik jendela… astagfirullah, bukan sekedar memungut sampah, tapi… makan. Ya, beliau sedang makan! Memakan sisa makanan yang ada di dalam tempat sampah itu. Ada rambutan dan nasi bungkus yang sudah tercampur dengan sampah lainnya. Beliau memilah kemudian memakannya.
Melihat kejadian itu…
Apa yang harus kita lakukan? Tanggung jawab siapa akan semua ini? Pemerintah? Konglomerat? Atau mungkin tanggung jawab kita semua? Bukankah kita tidak boleh tidur ketika ada tetangga yang kelaparan? Lantas bagaimana dengan Bapak itu? Dan saudara – saudara kita yang lain yang mengalami hal yang sama atau bahkan lebih parah dari yang ku ceritakan?
Bagaimana dengan kita? Terkadang ada ucapan:
“Malas makan, lagi gak selera..”
“Nasinya keras ya?”
“Ikannya kepedesan, sayurnya asin lagi”
Astagfirullah… padahal di luar sana masih banyak yang kelaparan, yang menangis karena tak mendapat sesuap nasi……………
Alhamdulillah, masih memiliki kesehatan dan tidak kurang apapun, sementara di luar sana tak sedikit bayi lahir yang tubuhnya tidak lengkap…
Alhamdulillah, masih memiliki keluarga, sementara di luar sana tak sedikit anak yang hidup sebatang kara bahkan tak tahu siapa orang tuanya..
Alhamdulillah, masih bisa kuliah, sementara di luar sana betapa banyak saudara kita yang tak memilki kesempatan mengenyam pendidikan…
Alhamdulillah, masih memiliki rumah yang nyaman ( meski numpang sama ortu ), sementara di luar sana, tak sedikit saudara kita yang tidur beralaskan bumi beratap langit…
Alhamdulillah, di beri kesempatan merasakan indahnya berukhuwah, sementara di luar sana, betapa banyak orang yang merasa hidupnya hampa karena tak punya sahabat selain kepentingan…
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah………….
Masih banyak nikmat yang diberikanNya,, bahkan jika pohon di jadikan pena dan laut dijadikan tinta, tak akan cukup tuk menuliskan semua nikmat yang di berikanNya…
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Semoga kita termasuk orang – orang yang bersyukur…..

Manado, 26 feb 2010

Pesan untukmu juga untukku..

Renungkan,,
Berapa banyak orang yang “jatuh” karena kecewa,
Berapa banyak orang yang “gagal” karena putus asa,
Berapa banyak orang yang hidupnya “sempit” karena tak bersyukur,
Berapa banyak orang yang “resah” karena tak ikhlas,
Namun renungkan juga,,
Berapa banyak orang yang “bangkit” karena optimis,
Berapa banyak orang yang hidupnya “lapang” karena bersyukur,
Berapa banyak orang yang “tenang” karena ikhlas. .

Ya, ikhlas..
Satu kata berjuta makna terkandung..
Jika kita mencintai, maka cintailah dengan ikhlas yang dengannya adalah cinta tanpa syarat..
Jika kita berkorban, maka berkorbanlah dengan cinta dan ikhlas yang dengannya tak berharap pamrih,,
Jika kita berdakwah, maka berdakwahlah dengan pengorbanan, cinta dan ikhlas yang dengannya tiada jenuh menggoda tuk berhenti bahkan keluar dari menyeru kepada kebajikan..
Bukankah Allah menjanjikan surga?
Yang begitu indah..
Lantas mengapa kau masih meragukannya?? Mengapa kau takut mengatakan kebenaran dan keadilan di muka bumi ini??..
Saudariku,,
Sesuatu yang baik hanya dapat kau beli dengan kebaikan pula..
Jangan pernah ragu dengan dengan janjiNya..

Suatu ketika,, kecewa melanda..
Mengapa?? Semua itu terjadi karena kau sandarkan harapan pada manusia yang tentunya tak luput dari kesalahan..
Mengapa tak kau berikan sepenuhnya harapmu pada ilahi Rabbi, yang maha mendengar, maha melihat dan maha mengetahui yang terbaik untukmu??
Mengapakah meresahkan sesuatu yang belum pasti?
Mengapa ? mengapa ? mengapa ?
Lantas harus bagaimana??
Mulai saat ini,, berjanjilah..
Berjanji tuk memberikan yang terbaik untuk diri, keluarga, masyarakat, Negara dan bahkan dunia..
Menjadikan dakwah sebagai laku utama, dialah visi, dialah misi, dialah obsesi, dialah yang menggelayuti di setiap nafas, dialah yang mengantarkan jiwa – jiwa ini kepada Ridho Ilahi..
Jangan lupa bahwa kita memiliki tugas besar,,
Membina angkatan mujahid..
Berjanjilah..
Tuk sepenuhnya berharap padaNya,,
Ingat bahwa Allah sesuai prasangka hambanya..
Maka berharaplah padaNya dan berprasangka baiklah bahwa Allah kan memberikan yang terbaik untuk hambanya yang mencintaiNya..
“jika engkau mendekat dengan sehasta maka Allah mendekat sedepa,
Jika engkau mendekat dengan sedepa maka allah mendekat sejengkal,
Jika engkau mendekat dengan berjalan maka Allah mendekat dengan berlari..”
Berjanjilah..
Tuk menjaga kesucian diri ini untuknya yang halal suatu saat nanti,,
Usah kau resahkan siapa pangeran itu, seperti apa rupanya, apakah ia baik ataukah kurang baik,,
Karena semua itu kembali padamu.. jika engkau baik maka kau pun akan mendapat yang baik pula..
Itu janji Allah..
Jagalah hati ini hanya untuknya, yang berhak menerimanya..
Jangan kau nodai dengan cinta yang belum halal, karena itu hanyalah cinta semu..
Yang mungkin hanya sesaat kau rasa dan tak kan abadi..
Dan yang mungkin tak di ridhoNya juga membuatNya cemburu..
Jalanilah hidup ini sesuai syariat maka kau kan bahagia dan resah tak kan melanda karena kau memiliki cinta sejati..

Semoga bermanfaat bagi diri ini dan engkau saudariku..

PILIHAN..

PILIHAN..
Hidup ini selalu dan akan setiap waktu diperhadapkan oleh sebuah pilihan..
Baik memilih, dipilih ataupun terpilih semua bermuara pada satu kata yakni “pilihan”..
Ketika akan lahir saja kita sudah berhadapan dengan pilihan, yakni kita yang lahir sudah mengalahkan berjuta sel telur lain yang ada di rahim ibu. Dan inilah kita, sel yang “terpilih” untuk terlahir.. namun bukan sekedar “numpang lewat” di dunia, melainkan dilahirkan untuk beribadah, menjadi khalifah dan.. da’I,, right? 
Jika ketika lahir kita ‘terpilih’, maka setelah beranjak dewasa kita harus ‘memilih’..
Memilih apakah menjadi baik atau buruk, sukses atau gagal,rajin atau malas, dan masih banyak lain. Sobat, kita harus hati – hati dalam memilih, mengapa? Karena seringkali sesuatu yang buruk itu terlihat begitu indah sehingga kita terjebak dan salah memilih. Misalnya, bagi sebagian orang narkoba itu enak, menyenangkan mereka pun memilih untuk menjadi langganan dan menikmatinya, bagi mereka itulah pilihan yang tepat. Bukankah neraka itu dikelilingi oleh sesuatu yang secara kasat mata menyenangkan? Gak perlu capek2 bangun malam, kerja keras dan lain lain. Namun sebaliknya surgapun sepertinya tidak menyenangkan, kita harus shalat tepat waktu, ikhlas, sabar, de el el. Sehingga kebanyakan orang lebih ‘memilih’ yang menyenangkan meskipun tanpa disadari kesenangan yang dipilih itu semu, hanya sesaat dan tak abadi…
Sobat muslim, bagaimana dengan masa depan yang tak pasti? Bagaimana kita menghadapinya, untuk kemudian tiada penyesalan? Lagi2 kita harus ‘memilih’. Ketahuilah bahwa pilihan kita sekarang akan menentukan masa depan kita akan seperti apa. Kalau kita bermalas – malasan tidak mau kerja keras dan hanya mengaharapkan orang lain dalam menempa hidup, maka lihatlah nanti masa depannya seperti apa, kau pasti bias menebaknya?! 😀 tapi jika sekarang kita rajin, disiplin, mandiri, maka insya Allah masa depan cerah. Lihatlah Negara Jepang, dahulunya mereka Negara miskin, namun karena mereka ‘memilih’ untuk berkerja keras, disiplin, mandiri merekapun sekarang menjadi Negara maju bahkan bersaing dengan Amerika. Dan masih banyak contoh lain yang bias kamu lihat sendiri dalam realitas kehidupan. Maka mulai sekarang silakan memilih, jangan lupa libatkan Allah dalam pilihanmu. 

Setiap manusia bisa berubah..

Setiap kita bisa berubah,,

ya, setiap orang memiliki potensi entah potensi berbuat kebaikan ataukah berbuat buruk..
maka “berubah” adalah sebuah pilihan..

berubah ke arah lebih baik..
yang dahulu malas shalat sekarang bisa rajin shalat, begitupun dengan tilawah, hafalan, terlebih berdakwah..
semua perubahan itu tak kan terjadi tanpa adanya,, “hidayah”
hidayah diberikan kepada Allah kepada siapa saja yang dikehendakinya.

sedikit berbagi saja;
dahulu aku belum merasakan kenikmatan beribadah, bagiku yang terpenting adalah belajar, belajar dan belajar..
sampai suatu ketika aku dipertemukan pada wadah keislaman “Rohis”,
tapi belum juga dapat hidayah.. (masya Allah).
aku diperkenalkan dengan tarbiyah, dan sedikit demi sedikit ada sesuatu yang berbekas di hatiku,.
hingga tiba suatu waktu mengikuti pelatihan yang lagi- lagi menyentuh hati ini, untuk berhijab,,
mulailah hari – hari yang baru, kurasakan seperti hidup baru (lembaran baru),.
ada yang berbeda, ada cahaya di hati ini..
rasanya hari – hari yang kujalani lebih bermakna dari sebelumnya..
mulailah aku menyempurnakan shalat, tilawah, hafalan, hingga dakwah.

ya, begitulah perjalanan menemukan hidayah, alangkah indahnya..

namun,,
silih berganti ada yang berubah..

ku lihat ada beberapa orang yang bahkan sempat menjadi panutanku berubah..
baik dalam cara berpakaian, berbicara, dan mulai menjauh dari dakwah ini..

saudaraku,
tak pernah ku bayangkan sebelumnya akan hidayah ini,
kenikmatan ibadah yang ku rasa yang diberikan Allah,
tentu rasa ini begitu sulit di dapat, tak semua orang diberi kesempatan yang sama..
namun, mengapakah mereka justru berubah?
mengapakah ada yang menjauh dari jalan ini?
bukankah hidayah ini begitu mahal?

berbagai masalah seringkali menjadi alasan untuk pergi bahkan berhenti dari jalan ini.. jalan dakwah..

jenuh..
seringkali ku mendengar kata ini terlontar dari beberapa ikhwah..
mereka merasakan kejenuhan dengan perjuangan ini.
apakah mereka lupa bahwa pertolongan Allah itu pasti ada?
apakah mereka lupa bahwa kesendirian tak akan mengubah apapun selain kefuturan??

seringkali juga masalah ukhuwah..
ada yang merasa sendiri dalam berjuang.
ya, kalau perasaan ini aku juga sering mengalaminya,
namun ada satu pesan yang hingga saat ini masih ku pegang “jika dakwah ini tinggal satu orang, maka pastikan bahwa itu anda”.

berbagai masalah,, bukankah itu sunatullah?
jangan jadikan masalah itu sebagai penghalang melakukan kebaikan.
jangan engkau keluar dari jalan ini, meninggalkan semua yang telah Allah beri..
meninggalkan semua kenikmatan yang telah engkau raih.
kenikmatan beribadah, berjuang dan lainnya.

berubah ke arah yang baik atau buruk adalah pilihan..
maka jangan kau berpaling ke jalan yang buruk setelah engkau mendapat hidayah..
jangan tinggalkan dalwah setelah engkau mengenal dan menjadi bagian darinya..

tarbiyah membuat hidup lebih bermakna..
dakwah mengajarkanmu akan arti hidup yang sebenarnya..

KEEP ISTIKHOMAH.
ALLAHU AKBAR

TAWAZUN..

Tawazun..
dalam tarbiyah (kelompok halaqoh) seringkali diberikan di awal2 pertemuan, yakni bagaimana bertawazun antara fisik, ruhiyah dan fikriah.

Rasanya kata ini tak asing lagi bagi mereka yang sudah tarbiyah bahkan mungkin para aktivis sudah sangat menguasai konsep ini, dan mentransfernya kepada objek dakwah.

Namun yang menjadi pertanyaan, sudahkah anda tawazun?
tawazun bukan sekedar konsep yang dihafal yang kemudian dijelaskan kembali, lebih jauh dari itu yakni bagaimana kita meralisasikannya, khusunya bagi seorang aktivis yang seringkali lupa akan tawazun itu sendiri, seperti tawazun antara dakwah dan kuliah (fikriah).
berorientasi pada kuliah bisa saja bahkan sangat baik, namun jangan lupakan dakwah. ingatlah bahwa kita adalah da’i sebelum apapun. kuliah atapun kesibukan lainnya (baca: kerja) bukanlah alasan untuk tidak bergerak, untuk tidak berkontribusi dalam dakwah.

begitupun dengan dakwah itu sendiri, jangan sampai begitu banyaknya amanah hingga melalaikan kuliah. kesibukan di dakwah tidak boleh menjadikan kita lupa akan amanah kuliah yang diberikan orang tua.
bayangkan seorang aktivis yang menyuarakan ‘tawazun’, tapi tidak melaksanakannya.
bukankah hasil terbaik dalam kuliah adalah bentuk bakti kita pada orang tua?
harapan orang tua yang begitu besar pada setiap anak – anaknya untuk menjadi yang terbaik, bukan sekedar nilai yang memuaskan namun juga pengetahuan luas yang dapat mengangkat derajat dirinya.

maka,,
bertawazunlah,, seorang aktivis harus pandai mengatur waktu, bukan di atur oleh waktu..

Ibadah taat,
Aksi Kuat,
prestasi hebat..
beginilah seharusnya seorang kader dakwah..

SEMANGAT!!
🙂

bermimpilah…

Mimpi….
Bermimpi bukan berarti tak realistis, bermimpi adalah berencana..
Merencanakan masa depan, merangkai cita, dan merajut kekuatan tuk menggapainya.
Bukankah kenyataan hari ini adalah mimpi kita di hari kemarin??,,
Namun, janganlah mimpi di siang bolong,, maksudnya adalah jangan hanya bermimpi melainkan
Berusahalah untuk mencapainya dengan melakukan sesuatu bukan hanya dengan memikirkan sesuatu.
Seringkali orang tak percaya dengan dirinya sendiri, dengan mimpinya, apakah akan benar- benar terjadi? Bagaimana mungkin terjadi sedang keadaan tak mendukung??
Saudaraku, hidup ini sudah penuh dengan batasan dan keterbatasan, namun mengapa mimpi kau batasi??
Bebaskanlah citamu dari terali kehidupan..
Jangan pernah menyerah pada keadaan, sesulit apapun itu, karena kemudahan adalah janji allah untuk kita..
Mimpi adalah motivator terbesar membangkitkan semangat yang hampir redup oleh kerapuhan jiwa.