Rasa..

Butiran air yang mengkristal di ujung mata perlahan jatuh satu – satu tanpa mampu ku bending, menitikkan tetesan hangat dipipi hingga jatuh sampai ke dasar hati..
Aku menangis tanpa tahu apa sesungguhnya penyebab kesedihan ini. Inilah hati, inilah jiwa yang dipenuhi warna. Rasa memang tak perlu definisi, karena tak seorang pun mengerti apa itu kebahagiaan hakiki, apa itu kesedihan abadi. Seringkali spekulasi manusialah yang merangkai pernyataan akan sebuah definisi yang semu. Kita hanya bisa menjabarkan rasa dalam ekspresi senyum dan menangis, mungkin. Lantas bagaimana bisa semua itu terbaca dalam ekspresi yang pada kenyataannya hanya direkayasa oleh pelaku itu sendiri. Kita sering tersenyum padahal hati sedang berontak, atau sebaliknya. Terkadang logika kita pun tak bisa membedakan mana kesedihan atau kebahagiaan yang sesungguhnya karena terlalu banyak melakukan rekayasa ekspresi.
(09 Agustus 2012)

Sebuah ujian,

“ Kita tetap akan diuji dengan ujian yang sama, hingga LULUS dari cobaan tersebut.”

Saat diri kita mulai bertekad meninggalkan suatu hal yang sia- sia ataupun saat kita tengah berjuang dalam lembaran baru lingkaran perubahan, maka disaat itulah ujian datang. Terkadang ujian tersebut tidak jauh berbeda atau bahkan sama dengan ujian sebelumnya yang telah dilewati. Mungkin saya dan anda pun pernah bertanya- tanya mengapa ujian datang lagi? Dan mengapa cobaan datang dalam bentuk ujian yang sama padahal sudah pernah terlewati?
Perlu disadar bahwa MELEWATI suatu ujian bukan berarti sudah LULUS. Seorang siswa yang telah melewati dan menyelesaikan ujian semester ataupun ujian nasional BELUM LULUS sebelum hasil ujian diperiksa dan dinyatakan LULUS oleh pihak yang bersangkutan. Sama halnya dengan kita yang telah melewati ujian hidup. Ketika siswa tersebut dinyatakan tidak lulus, maka wajib mengikuti ujian lagi. Dan ujian tersebut tidak akan jauh berbeda dengan ujian yang pertama. Begitupun hidup ini, saat kita sudah melewati satu ujian dan belum lulus dimata Allah, maka Allah akan menguji kita dengan ujian yang sama sampai benar – benar lulus dan naik ke tingkat berikutnya, ke ujian yang berbeda.
Sobat yang saya cintai, semoga kita bisa menjadi orang yang lebih kuat dan tegar dalam mengarungi samudra kehidupan yang semakin hari semakin bergelombang. Jadikan ujian sebagai batu loncatan untuk lebih dekat denganNya dan sebagai ghirah dalam bermetamorfosis menjadi orang yang luar biasa. Salam Semangat.

_Ratih, Violet motivator_

WAKTU MELESAT BAGAI PESAWAT LEPAS LANDAS

            

            Pernahkah anda bermain Mario bross/ Mario Forever? Atau minimal pernah melihat dan mendengar games tersebut? Jika diperhatikan, dalam setiap episode petualang si Mario disediakan waktu sekitar 300 detik. Ah ya, saya bukan ingin membahas soal games, tapi soal “kehidupan”. Kehidupan yang berkaitan dengan waktu. Dalam episode petualangannya, Mario tidak diberikan waktu tambahan untuk “hidup”. Jika Mario sudah kehabisan waktu dan belum sampai pada garis finis ke episode berikutnya, maka secara otomatis Mario akan mati. Permainan terebut saya pikir bisa memberikan kita sedikit pemahaman tentang manajemen waktu. Bagaimana si Pemain Mario menggunakan se-efisien mungkin hingga bisa mengalahkan musuh dan mengambil harta karun / uang yang ada sampai garis finis dan tidak mati. Karena jika tidak efisien maka waktu bisa membunuh Mario. Kita pun seperti itu, jika tidak bisa mengatur waktu dan memanfaatkan waktu, maka kita akan rugi. Karena waktu ibarat pedang, jika tidak kita potong maka ia akan memotong kita.

            Seringkali waktu terbuang begitu saja, secara sadar ataupun tidak, sengaja ataupun tidak sengaja. Padahal waktu merupakan kehidupan itu sendiri (Hasan Albanna). Dalam AlQuran, Allah bersumpah dalam banyak surat seperti demi waktu malam, demi waktu fajar, demi waktu dhuha dan demi masa.

            Salah satu “penyakit” yang seringkali kambuh dan menggerogoti waktu adalah menunda. Sebenarnya menunda bukanlah penyelesaian melainkan menambah beban pikiran karena pekerjaan yang seharusnya sudah selesai justru belum dikerjakan. Lantas apa yang harus dilakukan untuk menyembuhkan “penyakit” menunda akibat virus malas? Cara satu – satunya adalah MULAI. Ya, dengan memulai maka semangat untuk menyelesaikan pekerjaan akan tumbuh. Lantas sudahkah kita menyelesaikan kewajiban kita? Sudah siapkah jika detik ini ajal menjempaut? Sudahkah kita bermanfaat untuk umat? Mulailah.. mulai sekarang! Stop menunda! J

WAKTU MELESAT BAGAI PESAWAT LEPAS LANDAS

            

            Pernahkah anda bermain Mario bross/ Mario Forever? Atau minimal pernah melihat dan mendengar games tersebut? Jika diperhatikan, dalam setiap episode petualang si Mario disediakan waktu sekitar 300 detik. Ah ya, saya bukan ingin membahas soal games, tapi soal “kehidupan”. Kehidupan yang berkaitan dengan waktu. Dalam episode petualangannya, Mario tidak diberikan waktu tambahan untuk “hidup”. Jika Mario sudah kehabisan waktu dan belum sampai pada garis finis ke episode berikutnya, maka secara otomatis Mario akan mati. Permainan terebut saya pikir bisa memberikan kita sedikit pemahaman tentang manajemen waktu. Bagaimana si Pemain Mario menggunakan se-efisien mungkin hingga bisa mengalahkan musuh dan mengambil harta karun / uang yang ada sampai garis finis dan tidak mati. Karena jika tidak efisien maka waktu bisa membunuh Mario. Kita pun seperti itu, jika tidak bisa mengatur waktu dan memanfaatkan waktu, maka kita akan rugi. Karena waktu ibarat pedang, jika tidak kita potong maka ia akan memotong kita.

            Seringkali waktu terbuang begitu saja, secara sadar ataupun tidak, sengaja ataupun tidak sengaja. Padahal waktu merupakan kehidupan itu sendiri (Hasan Albanna). Dalam AlQuran, Allah bersumpah dalam banyak surat seperti demi waktu malam, demi waktu fajar, demi waktu dhuha dan demi masa.

            Salah satu “penyakit” yang seringkali kambuh dan menggerogoti waktu adalah menunda. Sebenarnya menunda bukanlah penyelesaian melainkan menambah beban pikiran karena pekerjaan yang seharusnya sudah selesai justru belum dikerjakan. Lantas apa yang harus dilakukan untuk menyembuhkan “penyakit” menunda akibat virus malas? Cara satu – satunya adalah MULAI. Ya, dengan memulai maka semangat untuk menyelesaikan pekerjaan akan tumbuh. Lantas sudahkah kita menyelesaikan kewajiban kita? Sudah siapkah jika detik ini ajal menjempaut? Sudahkah kita bermanfaat untuk umat? Mulailah.. mulai sekarang! Stop menunda! J