Antara es batu dan secangkir teh hangat

“Gak ah, takut, kak Ratih horror sih”, “Ratih itu cuek sekali, orangnya kurang ramah, jadi harap maklum aja kalo bergaul sama dia”, “Kalo jadi dosen pasti Ratih itu dosen ‘killer’ ”, “Biar dia cuek, tapi hatinya baik, kok bu, ana kenal dia”, “ Ratih aja yang jadi ketua DP (dewan pertimbangan) dia kan tegas, biar adek2 yang lain dengar sama dia”, “ Jadi perempuan harus lemah lembut dan ramah, jangan cuek begitu Tih”, “Yaaa nanti gimana ada yang mau sama kamu kalo kamu begini terus, sikap dingin dan kadang jutek, mamah khawatir”.. dst..
Sobat, kutipan – kutipan di atas adalah kalimat dari Ibu, binaan dan temanku. Ada yang mengatakanku horror dan lain sebagainya. Jika dianalogikan mungkin aku seperti es batu yang dingin, keras dan beku.
Jika melihat kembali ke masa lalu, pengalaman dan didikanlah yang menjadikanku seperti es batu. Ya, pengalaman dari kecil hingga menjelang remaja dengan kehidupan yang luar biasa mengajarkanku untuk “keras” dalam menghadapi sesuatu. Ketika masih kecil aku sering dilarang main di luar rumah, katanya mainan di rumah sudah cukup, untuk apa main ke rumah orang (ke rumah teman), hanya merepotkan saja. Sewaktu di taman kanak – kanak, saat bel masuk sekolah belum berbunyi, aku yang sedang asyik bermain bersama teman, berlarian dengan ceria, ibuku datang dan menghantikanku, beliau melarangku berlarian, katanya nanti aku berkeringat sedang pelajaran sekolah belum dimulai, juga khawatir aku kan terjatuh hingga luka. Menginjak sekolah dasar, setiap ada tugas dari sekolah, aku tidak diperbolehkan bermain sebelum menyelesaikan tugas tersebut. Ayah dan ibu bergantian mengajariku. Satu hal yang masih lekat dalam memoriku, setiap tugas matematika, ayahku mengajarkan dengan suara yang keras dan nada yang tinggi, tak jarang ketika tugas selesai dikerjakan, aku menangis tanpa suara di kamar kecil tempatku menumpahkan segala yang berkecamuk di hati, dengan wajah yang ku sembunyikan dengan sebuah bantal kesayangan, dan suara tangis yang ku tahan agar tak terdengar oleh ayah ataupun ibu, khawatir mereka akan marah. Begitu juga saat hasil ujian diberikan pada orang tua, aku jarang mendapat pujian, sebagus apapun hasilnya. Hal yang membuat aku sedikit terluka, ketika sekolah menengah pertama, ketika namaku disebut di panggung sebagai juara kedua, ibuku tak mendengarnya, beliau sedang asyik berbicara dengan temannya, padahal hanya yang masuk dalam 3 besar yang orangtuanya berdiri di panggung dan menerima sertifikat penghargaan. Aku yang mendengar dari luar ruangan begitu gemas karena namaku yang di panggil berulang – ulang tapi ibuku tak jua naik ke panggung, hingga mereka mengira orang tuaku tidak hadir.
Selain hal itu, banyak masalah yang terjadi di kelurga yang menuntutku untuk menahan semua sakit, dengan sekali lagi, bersikap keras. Berbagai kejadian yang kualami selama ini, membawaku pada seorang Ratih yang dingin, keras dan beku. Seringkali aku menatap sesuatu atau seseorang tanpa ekspresi, juga sikap yang dingin. Mungkin saat ini sudah tak begitu terlihat, namun saat aku belum menginjakkan kaki di SMA, sikap kerasku mengalahkan es batu. Hanya saja saat kelas dua SMA, perlahan aku mulai belajar bagaimana tersenyum saat bertemu orang lain, mengajak berbicara, meski tak banyak, juga menjadi pendengar yang baik untuk beberapa sahabatku. Mungkin karena saat itu aku tengah menyukai seseorang, yang membuat hari kelabu menjadi biru muda bercampur pink, hingga es batu pun meleleh tersengat hangatnya mentari cinta. Ah cinta, selalu menyembunyikan banyak makna, bahkan mampu mengubah seorang yang keras sekalipun. Meski sudah berubah, toh hingga saat ini masih saja ada orang – orang yang segan dan takut padaku, kata mereka aku misterius atau ada juga yang mengatakan aku horror, kalau marah menakutkan.
Tapi ketahuilah sobat, meski aku terlihat dingin, aku memiliki banyak cinta yang bisa diberikan pada orang – orang terkasih. Bukankah cinta tak selalu harus diekspresikan dengan kata – kata puitis? Bukankah cinta memiliki makna tersendiri, yang hanya mampu dirasakan oleh pecinta sejati?
Ayah, Ibu, ketahuilah bahwa meski aku tak pernah mengatakan “Ratih sayang mamah dan papah”, tapi aku selalu memikirkan kalian. Menjadi anak yang solehah adalah bentuk baktiku pada kalian. Menghadirkan kalian dalam setiap munajat padaNya adalah keharusan yang selalu dan akan kulakukan, agar kita tak hanya bersama didunia ini tapi juga dipersatukan diakhirat, dalam surga.
Untuk binaan, teman, dan sahabat. Mungkin aku tak pernah menanyakan apa kalian baik – baik saja? Karena pertanyaan basa – basi itu bagiku tak perlu, aku bisa mengetahui apakah kalian sedang dalam masalah atau tidak, hanya dengan getaran, ya, getaran hati juga cara berekpresi kalian, dari situlah aku meraba dan merasa. Jikapun kalian ada masalah aku tak bisa memberikan kata – kata puitis, melainkan “action” untuk bisa membantu kalian lepas dari masalah itu.
Untuk Murobbiku, maafkan aku yang kadang berbicara denganmu. Bukan karena aku tak percaya padamu sebagai pemimpinku, hanya saja aku jauh lebih nyaman berbicara lewat tulisan, entah mengapa dihadapmu aku tak bisa berkata – kata banyak apalagi berbicara mengenai masalah yang ingin ku bagi.
Sobat, biarkan waktu yang mengajariku bagaimana menjadi sesuatu yang hangat seperti secangkir teh. Jika memang ekspresi kasih sayang tak cukup tanpa kata – kata indah, maka ajari aku bagaimana memanggilmu dengan panggilan sayang dan cinta.
Sobat jangan segan dan takut menjadi bagian dari hidupku, karena es batu tak selamanya membeku, perlahan tak lagi keras bahkan mencair oleh suhu yang membuatnya hangat. Dan biarkan es batu itu mencari wadah tempatnya berteduh dan gula sebagai pamanis hingga menjadi secangkir teh hangat, minuman penenang hati yang gersang…
Manado, 19 Juni 2011

Ibu..

Wajah yang layu
tatapan sendu
mengeja nasehat nan merdu..
usia yang tak lagi sama seperti duapuluh tahun lalu,
saat tubuh belum lumpuh..
doa ibu..
salam rindu yang menghapus pilu..

* Puisi yg mungkin terlalu singkat, mungkin ada yg bisa menambahkan agar lebih padat? 🙂

ASA UNTUK BANGSAKU (Semangat Wirausaha Menuju Masa Depan Bangsa Yang Sejahtera)

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam; minyak bumi, gas alam, kelapa sawit dan lainnya. Namun sangat disayangkan dengan sumber daya yang melimpah, masih banyak rakyat yang hidup kekurangan. Pengangguran pun semakin banyak. BPS (Badan Pusat Statistik) melansir jumlah pengangguran negeri ini mencapai sekitar 8% dari jumlah angkatan kerja. Dari data tersebut dapat diperkirakan ada sekitar 12,8 juta jiwa masyarakat Indonesia menganggur baik pengangguran terbuka maupun pengangguran paruh waktu.

Sebagian besar pengangguran terjadi karena tidak adanya lapangan pekerjaan yang mampu memenuhi quota pengangguran tersebut. Hal ini seringkali terjadi karena pemikiran untuk “Mencari” pekerjaan adalah yang utama. Padahal jika kita bisa menumbuhkan semangat berwirausaha maka peluang untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan bangsa akan jauh lebih besar. Bahkan pemerintah sudah mengalokasikan anggaran dalam membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah. Jadi tinggal kita saja yang berusaha dalam memanfaatkan sarana yang ada untuk menjadikan hidup lebih baik dan mewujudkan Negara yang sejahtera dengan semangat wirausaha. Indonesia, harapan itu masih ada!

* Juara dalam lomba menulis artikel singkat (L-Mas) : Asa Untuk Bangsaku diadakan oleh Writing Revolution

PAHLAWAN KEHUJANAN (belajar nulis fiksi nih :) )

Sobat, aku suka hujan, dengan turunnya hujan, aku dan beberapa teman bisa berlari menelusuri setiap lorong dari kampung rumah kumuhku hingga menjelajahi perkebunan teh milik Pak Saleh di seberang jalan. Tapi, selain itu ada yang selalu kutunggu yakni kepingan Rupiah yang kudapat dari ojek payung. Aku, Jojo, Yanto, Ipang, dan Keke, kami para pahlawan kehujanan, *oops maklumlah, jadi pahlawan untuk orang lain yang kehujanan dengan memberi payung tapi diri sendiri kena hujan dan tak berpayung. 
Sekitar 2Km dari perkebunan teh Pak Saleh terdapat minimarket, warteg, juga rumah sakit yang selalu ramai, nah disinilah tempat kami menjemput rejeki. Sudah empat hari hujan seringkali mengguyur kota ini, dan hujan memang sering datang hingga kota kami tercinta dinamakan kota hujan, Bogor. Aku memiliki keinginan yang besar untuk memiliki kamus Oxford yang ada di salah satu toko buku dekat minimarket itu, biar bisa lancar dan jago bahasa Inggris seperti Ibu Nurul, guru bahasa inggris disekolah, tapi tau sendirilah untuk makan sehari saja terkadang hasil dagangan sayur Bapak tidaklah mencukupi, belum lagi dengan adikku yang batita yang membutuhkan suplai makanan bergizi, hingga kami seringkali hanya mengganjal makan malam dan siang dengan air putih. Tapi empat hari hujan telah memenuhi hampir separo celengan ayam kesayanganku, meski belum di hitung berapa jumlahnya. Ada recehan juga selember dua puluribu pemberian seorang Ibu saat aku membantu membawa barang belajaannya di minimarket kemarin sore.
* Bersambung….

Aku Bangga menjadi guru..

Aku bangga menjadi guru..
Guru adalah sumber pendidikan sebesar dan sebanyak apapun buku yang saat ini bisa ditemukan. Hanya dengan buku tidak akan cukup mengembangkan pendidikan yang ada. Buku tidak bisa di ajak komunikasi dan berdiskusi mengenai banyak hal yang ingin dipelajari sebagaimana guru. Hadirnya seorang guru dapat membantu pembelajaran menjadi sesuatu yang menarik dan membantu memahami hal – hal yang mengganjal ketika membaca ataupun menemukan literature yang berkaitan dengan pembelajaran itu sendiri.
Adapun alasan mengapa aku menjadi guru:
1. Guru adalah ladang amal. Dengan menjadi guru kita bisa mewariskan ilmu kepada mereka yang suka dan haus akan ilmu. Juga dapat membimbing umat ke jalan yang lebih baik dengan ilmu yang kita miliki ataupun yang juga sedang kita pelajari.
2. Guru adalah teladan. Sebagaimana Rasulullah SAW adalah guru kita sekaligus teladan “ Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Qs.Al Ahzab : 21. Maka menjadi teladan adalah keniscayaan kita sebagai guru yang juga meneladani Rasulullah.
3. Guru adalah ladang dakwah. Allah mengajari kita dalam surat cintanya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang – orang yang beruntung. “ Qs.Ali imran: 104. Dengan menjadi guru tentunya kita juga memberikan kontribusi dalam menyeru pada kebajikan, dalam dakwah. Selain itu kita termasuk orang – orang yang beruntung seperti yang ada dalam surat cintaNya.
4. Guru adalah inspirator. Secara tidak langsung seorang guru adalah inspirator bagi muridnya. Segala sesuatu dan tindakan guru menjadi inspirasi terhadap cita dan impian murid. Ketika seorang guru berhasil memberikan yang terbaik seringkali menjadi inspirasi kemana cita seorang murid akan di tapak. Seperti sebuah cerita, suatu saat ketika Aku menuntut ilmu di sekolah menengah hingga sekolah tinggi begitu banyak peran guru yang menginspirasi. Seperti bagaimana menghadapi malasah keuangan, agama dan lainnya. Begitu juga saat melihat pengetahuan dan wawasan seorang dosen yang begitu luas membuat aku kagum dan terinspirasi untuk menjadi seorang dosen, seorang guru yang mencerdaskan anak bangsa dan yang selalu mengembangkan kapasitas diri dengan ilmu pengetahuan yang ada.
5. Guru adalah motivator. Selain seorang pengajar tentunya guru adalah seorang motivator yang selalu memotivasi dengan sepenuh hati kepada murid untuk tetap semangat dan memiliki tekad yang besar baik dalam menuntut ilmu maupun mengaplikasikan ilmu tersebut.
6. Guru adalah orangtua. Seorang guru adalah orangtua bagi muridnya dimana perkembangan pengetahuan murid menjadi tanggung- jawabnya.
7. Menjadi guru memberi ruang untuk lebih banyak memperluas wawasan karena dengan mengajar akan mengasah pengetahuan yang dimiliki.
8. Guru merupakan profesi yang mulia.
9. Guru memiliki investasi abadi terhadap ilmu yang diberikannya kepada murid.
10. Guru merupakan akar dari kemajuan sebuah Negara. Dengan adanya guru yang berintegritas dan professional yang mendidik anak bangsa menjadi sumber daya yang berperan dalam kemajuan Negara.
11. Guru memiliki banyak jaringan (relasi).
12. Menjadi seorang guru adalah sebuah keniscayaan.
13. Menjadi guru membuka kesempatan mendalami dan mempelajari berbagai karakter manusia melalui murid yang diajarkannya.
14. Menjadi seorang guru berarti melatih diri menjadi lebih kuat dan tegar.
15. Menjadi seorang guru berarti melatih diri dalam kesungguhan dan kesabaran dalam mendidik murid menjadi seorang yang luar biasa.
Menjadi guru adalah sebuah keniscayaan. Mengapa? Karena secara sadar atau tidak kita adalah guru. Seorang guru bukan sebatas orang yang melakukan pengajaran didepan kelas dan papan tulis. Namun lebih dari itu, seorang guru adalah dia yang dengan sepenuh hati mengajari bukan hanya ilmu pengetahuan yang dimilikinya tetapi juga segala perilakunya yang bisa menjadi cermin dalam pembelajaran setiap murid, menjadi teladan sebagaimana Rasulullah, guru dari yang maha guru. Setiap kita adalah guru. Guru untuk anak – anak yang nantinya harus kita bina dan didik. Terlebih bagi seorang perempuan, pasti adalah seorang guru, madrasah pertama bagi anaknya sebelum mengenal bangku sekolah, sebelum mengenal guru – guru lainnya.
Oleh karena itu akan diuraikan beberapa tips menjadi guru teladan, sebagai berikut:
1. Niat yang ikhlas dalam mengajar.
2. Melakukan pengajaran dengan penuh semangat.
3. Senantisa meningkatkan kapasitas diri melalui buku bacaan, seminar dan lainnya.
4. Memotivasi diri untuk terus berusaha menjadikan profesi guru sebagai ladang dakwah.
5. Memotivasi murid untuk menjadi yang terbaik.
6. Menjaga stamina fisik, ruhiyah, dan fikriyah agar senantiasa seimbang.
7. Memanfaatkan waktu dengan aktifitas produktif mengingkatkan kafaah (pengetahuan) berkaitan spesifikasi bidang pengajaran.
8. Mengkomunikasikan perkembangan murid dengan ahlinya.
9. Mencari tahu materi yang belum sepenuhnya dipahami dengan menanyakan kepada ahlinya.
10. Mempersiapkan materi satu hari sebelum proses mengajar dilakukan.
Tentunya masih banyak cara lain untuk kita berlatih dan terus berlatih menjadi guru terbaik untuk negeri ini. Namun semua teori tidak akan pernah berhasil jika kita enggan mempraktekannya. Hanya dengan melakukan maka kita bisa, dengan kesalahan kita belajar menjadi benar, dengan terus belajar maka kita bisa mengetahui cara paling efektif untuk mengajar selain dari tips yang di atas. Mari kita belajar, mari kita mengajar, berikan yang terbaik yang kita punya. Masa depan Negara ada di tangan kita para pendidik generasi muda. Allahuakbar!!

* Naskah telah lulus seleksi dalam audisi kupilih guru sebagai profesiku

Sketsa Jiwa

Usai shalat magrib, almatsurat dan tilawah ayah berdiri di belakangku sambil memegang kepalaku dari belakang, seperti ingin membelai. Oh Ayah,, mungkin kau tengah merasakan segala yang terjadi pada diriku. Ya Ayah, kau tahu bahwa aku sedang kehilangan sesuatu yang selama ini berarti dalam hidupku, sesuatu yang selama ini ku miliki, rasanya perih akan kehilangan itu. Didunia ini hanya Ayah, ibu, kakak, juga seorang teman (biasa ku sebut Nazi) yang mengetahuinya.
Tenang saja ayah, aku tak kan menangis lagi. Mungkin lebih tepatnya tidak menangis di hadapanmu. Ayah, Ibu, kalianlah yang ku punya saat ini. Tempat ku mengadu selain Allah. Bukankah sekarang aku telah tumbuh dewasa? Tangisku tak lagi meledak – ledak seperti dulu ketika seekor angsa peliharaanku hilang ataupun mati. Tangisku tak lagi meledak seperti dulu, ketika aku gagal mendapat beasiswa malanjutkan sekolah di Bakrie school. Tangisku tak lagi meledak seperti dulu, ketika berebut mainan dengan kakakku. Ya, tangisku tak seperti dulu, karena aku bukan Ratih yang dulu, yang kemana saja harus dengan ibu, ditemani, dan dimanja. Sejak Ibu sakit sekitar 4 tahun yang lalu aku belajar mandiri, memaksakan diri untuk dewasa meski belum waktunya. Hanya saja aku bukan malaikat yang tak pernah terluka, aku tetaplah manusia, seorang wanita yang memiliki rasa yang halus. Ketika sesuatu melukaiku tak tahan airmata jatuh begitu saja, bahkan seringkali ku endapkan wajah di balik bantal agar tak satu pun anggota rumah yang mendengar dan mengkhawatirkanku, termasuk engkau Ibu, Ayah. Tapi mencurahkan segalanya pada mereka adalah hal melegakan, bahkan mereka mungkin mendoakan agar masalah itu bisa ku hadapi dengan tegar dan menggantikan sesuatu yang hilang itu dengan yang lebih baik. Dan kuharap begitu adanya.
Mulai sekarang aku janji padamu Ayah, tak kan menangis lagi. Aku adalah wanita yang tegar, dan yakin akan sebuah kebaikan yang di janjikanNya. Mulai sekarang aku janji padamu Ibu, aku tak kan sedih lagi meski kehilangan sesuatu yang berarti. Aku adalah anak Ibu yang kuat. Hanya saja beri aku waktu tuk memulihkan segala kepedihan ini, biarkan aku sendiri, usah membahas segala yang telah terjadi. Biarkan aku mengikis masa kelabu ini dengan kerja kerasku, dengan segala kesibukannku. Terma kasih atas segala doamu Ibu, aku yakin Allah yang maha penyayang selalu mendengar doamu, doa kita semua.

ELANG, CARMO DAN KAWAN – KAWAN

Seperti biasa setiap dua pekan FKRM mengadakan KISAH (kajian intensif setiap ahad) dan kebetulan aku mendapat amanah membawa materi mengenai strategi menghadapi ujian. Sobat, kajian hari ini sungguh berbeda, biasanya pesertanya SMA dan dalam pikiranku akan membawa materi anak kelas 3 SMA yang akan menghadapi ujian nasional sehingga sedari malam ku persiapkan materi menghadapi ujian plus memilih dan menghadapi pilihan pasca SMA, antara kuliah ataupun bekerja.. namun ternyata di luar dugaan yang datang semua pesertanya anak kelas 2 SMP. Wah aku sempat bingung bagaimana cara membahasakan ke mereka agar mudah di mengerti, khawatir akan kata – kata sulit seperti spesifik, signifikan dan lain- lain. Secepat kilat ku memutar otak agar semua berjalan lancar.
Tiba – tiba ketika materi hampir selesai kulihat salah satu dari mereka ada yang menangis, ada apa? Apakah tampangku serem? Ah masa sih orang imut gini kok serem? (pede.com).
“ Ada apa dek kok nangis? Namamu siapa? ”
“ Nama Elang. Dorang ada tarek – tarek ta pe baju kong dorang tempel tai idong hikz hikz”
“ Hahaha, burung elang dia kak! “
Haduh ada – ada aja ni anak SMP mmhh…
“ Wah namanya Elang keren jangan nangis lagi ya, ayo Carmo dan lainnya minta maaf sama Elang.” (Kok jadi kayak guru TK? *_*)
“ Hahaha, manangis dia” sahut Carmo dkk
….. Dan seterusnya hingga acara selesai. Aku tertawa terbahak melihat tingkah mereka. Sebelum materi di mulai sempat terasa lemas karena lelah mengikuti berbaga kegiatan dari pagi namun melihat kedatangan dan wajah anak – anak itu seperti ada kekuatan tuk segera beranjak membawa semangat luar biasa untuk mereka untuk dakwah.
Keep hamasah..
one down, one more to go..

Kerang Mutiara

Salahkah jika seorang yang kuat pun bisa kecewa bahkan terluka?
Rasanya terlalu naïf jika ada yang berpikir bahwa orang yang selalu kuat itu tidak pernah terluka, mereka menyebutnya “Tahan banting”. Seorang yang kuat sekalipun ia motivator hebat sejagat tetaplah manusia biasa yang memiliki fitrah untuk melewati berbagai rasa bukan terbatas pada kebahagiaan tapi juga kesedihan, bukan hanya semangat tapi juga sesekali bisa jatuh karena kecewa.
Sobat, kau pernah melihat mutiara? Atau kau memiliki mutiara (yg asli ya) ? Indah bukan? 🙂
Layaknya sebuah kerang dilautan, untuk menghasilkan sebuah mutiara yang indah sang kerang harus melewati hari yang penuh perjuangan. Setiap kali ombak dan pasir yang masuk dan keluar pada kerang dirasa begitu sakit. Ombak yang bergelombang juga tak jarang ada badai. Namun akhirnya butiran mutiara lahir dari sebuah kerang yang berusaha bertahan dengan pasir dan ombak itu. Dan mutiara itu begitu indah tak kalah indah dari hiasan laut lainnya, bahkan harganya mahal.
Seperti itulah sebuah kehidupan, seorang anak manusia. Ia tumbuh kuat dan tegar bukan tanpa ujian. Ia kuat bukan tanpa kecewa yang dilewatinya dan ia tegar bukan tanpa luka yang dilaluinya. Semua datang silih berganti. Bukan berarti kita tidak boleh kecewa atau terluka, bahkan kita boleh saja marah akan suatu hal yang memang tidak bisa ditoleransi lagi, hanya saja bagaimana kita menempatkan marah, kesedihan dan kecewa pada porsinya yakni tidak berlebihan. Marah pada batasnya. Dan satu hal yang perlu kita ingat sobat, bahwa kita boleh membenci dan marah karena Allah. Bukanhkah ketika kita mencintai harus dilandasi oleh cinta karena Allah? Maka ketika membenci pun karena Allah, marah karena ada hal – hal yang tidak sesuai ajaranNya. Tapi Sobat, yang harus kita benci bukanlah semata orang pelaku maksiat melainkan perbuatan maksiat.
Dan semoga apapun yang kita alami sekarang dapat kita lewati dengan penuh kesabaran dan kecintaan karenaNya untuk bisa menjadi mutiara indah dalam episode kehidupan ini.. 🙂

NEGARA ADIDAYA (Puisi)

MENGAKU SEBAGAI NEGARA ADIDAYA
NAMUN DI SETIAP WAKTU BERLAKU ANIAYA
KRISIS EKONOMI ADIDAYA KRISIS DUNIA
MENGAKU SEBAGAI POLISI DUNIA
NAMUN MENEBAR RUDAL DI UJUNG DUNIA
MENGAKU SEBAGAI POLISI DUNIA
NAMUN MEMBIARKAN KEJAHATAN MERAJALELA
MENGAKU SEBAGAI POLISI DUNIA
NAMUN MENJADIKAN KEKUASAAN SENJATA ADALAH SEGALANYA
DUNIA
DUNIA
DUNIA
DUNIA ADALAH KARUNIA – NYA YANG TAK SEMESTINYA DIPEGANG SANG ADIDAYA PELAKU ANIAYA!!!

RAPUH.. (puisi)

BENTENG PERTAHANAN TAK LAGI KOKOH
RAPUH TERMAKAN USIA
SEGALA CITA LEBUR DILEMA REALITA
SEMUA ASA NYARIS BINASA
KETEGASAN TAK LAGI JADI PERISAI
RAPUH TERMAKAN UJIAN
PERASAAN SEMU KACAUKAN PIKIRAN
BERHARAP SEORANG PANGERAN
TUNTUNAN TAK LAGI JADI PEDOMAN
APALAH ARTI SEMUA KEBAJIKAN,
JIKA SEMUA HANYALAH KESOMBONGAN?
APALAH ARTI SEORANG PANGERAN,
JIKA HIDUP TIDAKLAH BENDERANG?

Previous Older Entries Next Newer Entries