Antologi Curahan Hati Untuk Tuhan


Alhamdulillah naskah antologi saya sudah terbit, semoga bisa menjadi inspirasi teman2 dan bisa menambah semangat dalam menulis. Yang pasti, saya berharap apa yang saya tulis dapar bermanfaat dunia, akhirat, untuk dakwah…
“Mengukir peradaban dengan goresan pena, semangat!”..

Ni dia tulisannya:
Impianku Harapanku
Duhai Allah, izinkan hamba menguraikan bait kata yang mewakili isi hati, agar dapat terdefinisi segala rasa yang selama ini menjadi keresahan jiwa yang hanya terendap dalam ruang pikiran. Maka saat ini dengan untaian kalimat per kata akan kutumpahkan semua harapan dan asa yang kubingkai dalam sebuah impian.
Ya Allah, saat ini begitu banyak pilihan dan ujian yang tengah kuhadapi. Semakin bertambahnya angka usia dan tingginya ilmu pengetahuan yang sedang ku timba, maka semakin berat beban yang menuntut kedewasaan juga kemampuan diri dalam menyelesaikan semua masalah. Saat pertama menginjakkan kaki di kampus, aku begitu yakin dan percaya tentang impian yang telah ku bangun sejak sekolah menengah. Ya, impian untuk bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus kuliah ini, yakni program S2 ke luar negeri. Aku berharap dengan segala kemampuan yang dimiliki, bisa mengantarkanku menuntut ilmu ke negeri impian, Australia. Selain itu, aku berharap, sebelum studi S1 selesai aku telah memiliki bisnis yang bisa menjadikanku lebih mandiri dengan membiayai kuliah dengan hasil dari bisnis itu. Sepertinya mimpi itu begitu sempurna, namun seiring berjalan waktu, segala yang berjalan tidak sesempurna ketika mimpi itu lahir, melainkan ada kerikil tajam bahkan tak jarang batu besar yang membentur harapan dan semangat menggapainya. Ya Allah, adakah yang salah dari perjuanganku selama ini? Kini, aku hampir menyelesaikan studi S1, namun segala bisnis yang kucoba, jatuh bangun, bahkan terasa jatuh begitu dalam, aku seperti tak memiliki kekuatan untuk bangun. Ya Allah, apa yang harus kulakukan? Pintu gerbang menuju masa depan telah di depan mata, namun segala yang kurencanakan belum terlihat hasilnya. Umurku sudah mulai memasuki hampir seperempat abad, tapi hingga saat ini belum bisa memberikan apa – apa untuk orang tuaku. Aku masih seperti anak pada umumnya, kuliah dengan sepenuhnya biaya dari orang tua, padahal mimpiku ketika awal kuliah, di usia seperti ini aku sudah bisa membiayai kuliah dari hasil keringat sendiri, bahkan kalau bisa aku ingin membantu meringankan beban orang tua dengan memberikan sedikit penghasilanku. Tapi semua itu seakan menjadi bayang semu yang begitu samar, sulit tuk menggapainya meski butiran airmata tengah mengalir deras dalam perjuangan ini.
Ya Allah, dapatkah aku mewujudkan impian untuk bisa melanjutkan sekolah ke luar negeri? Sedang ibuku tengah mengalami sakit, yang akupun tidak begitu paham dengan jenis penyakit apa yang dideritanya. Sudah hampir enam tahun, kaki ibu sulit digerakkan dan diluruskan, sehingga untuk berjalan beliau menggunakan tongkat sebagai bantuan. Kakakku sudah menikah dan tinggal di tempat rantauan, sehingga akulah harapan satu – satunya untuk menemani dan merawat ibu. Ayah memang masih ada, tapi ibu tetap membutuhkanku sebagai penghiburnya. Akupun tak tega meninggalkannya untuk pergi ke tempat yang jauh dan untuk waktu yang cukup lama dalam menuntut ilmu, sehingga aku harus tetap berada di kota ini, tempat kelahiranku sendiri, untuk menunaikan segala kewajiban sebagai seorang khalifah dan seorang anak tentunya. Tapi Allah, sesungguhnya engkau maha mengetahui, bahwa di balik sekat hati yang lain, ada harapan yang masih menggantung, ada impian yang masih tersimpan utuh, yakni melanjutkan sekolah ke luar negeri. Aku bimbang, Allah. Duhai Allah, tunjukkan jalan terang itu. Aku yakin engkau lebih tahu yang terbaik bagiku. Aku berharap kesembuhan ibu, aku ingin melihat ibu berjalan normal seperti ibu – ibu yang lain. Aku ingin ibu bisa menikmati sisa hidupnya dengan senyuman tanpa beban, berjalan berkeliling ke tempat yang ia sukai dan menikmati berbagai makanan kesukaan tanpa ada larangan dari dokter akan kesehatannya. Aku ingin berjalan bersama ibu seperti dulu, mengelilingi kota sambil tertawa dan berpelukan, merasakan keceriaan ibu yang telah lama hilang. Ya Allah, yang maha Rahman, Adakah segala yang ku pinta akan terkabul? Bukankah tidak ada yang tidak mungkin jikalau engkau telah berkehendak? Kiranya engkau memberikan kesembuhan itu, agar akupun dapat belajar keras meraih beasiswa dan melanjutkan sekolah ke luar negeri, dengan begitu aku tak perlu khawatir meninggalkan ibu yang telah engkau beri kesembuhan. Dan dengan begitu juga aku bisa pergi ke negeri impian tanpa beban, meski berpisah untuk waktu yang cukup lama tetaplah menyisakan rindu yang menyayat hati, tapi dengan mengetahui bahwa ibu dalam keadaan sehat itu sudah cukup bagiku.
Apakah semua itu tinggallah angan, ya Rabb? Allah, aku tidak ingin berputus asa, karena aku tahu engkau tidaklah suka dengan umat yang berputus asa. Aku juga tak ingin berhenti berusaha karena aku tahu, bahwa engkau menjanjikan kemudahan dibalik sebuah kesulitan. Maka, ajari aku menapaki jalan terjal ini, hingga dapat ku gapai indahnya puncak yang tinggi dengan sabar dan syukur.
Ya Allah, mungkin selama ini aku belum berusaha dengan maksimal, sedangkan dalam hidup ini engkau telah mengajarkan untuk berusaha di atas rata – rata dalam mencapai sebuah tujuan. Seperti kutipan kalimat yang pernah kubaca dalam sebuah buku “Iza shadaqal azmu wadaha sabil, kalau benar kemauan maka terbukalah jalan.” Saat ini impian itu ada, juga kemauan, maka aku yakin Allah, engkau pasti membukakan jalan, bukankah engkau sesuai prasangka hambamu?
Ya Allah, jika selama ini aku jauh dariMu, maka dekatkanlah. Sesungguhnya Engkau dekat, hanya saja aku yang menjauh dariMu. Mungkin aku terlalu sibuk dengan urusan lain hingga sedikit waktu yang kuhabiskan bersamaMu, sepertiga malam yang engkau hadiahkan, seringkali kulewatkan begitu saja, padahal di saat – saat seperti itulah waktu yang tepat untuk mengadu dan meminta pertolongan.
Ya Allah, ampuni aku yang juga kurang sabar dalam menghadapi ujian dariMu. Mungkin sekarang belum saatnya aku melihat semua hasil perjuanganku selama ini, mungkin nanti, di waktu yang telah engkau tentukan. Ampuni aku karena begitu tergesa ingin melihat hasil, sedang usaha belum maksimal di atas rata – rata, sehingga membuat semangat meredup dan tidak sabar, padahal Engkau telah mengajarkan aku untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai pertolongan.
Ya Allah, ampuni aku yang tidak mensyukuri nikmat yang luar biasa yang telah engkau berikan dalam menggapai impian ini. Betapa tidak, hampir seluruh fasilitas telah tersedia, dari laptop, buku, jaringan internet, dan lainnya yang sangat membantu aku dalam belajar, dalam berjuang. Tapi aku seringkali terlena oleh kenyamanan ini dan melupakan kerja keras sebagai jalan menuju puncak. Padahal begitu banyak orang hebat yang telah membuktikan bahwa impian mereka bisa menjadi nyata, dengan fasilitas yang terbatas, bagaimana dengan aku? Seharusnya akupun dapat lebih berusaha dan membuktikan pada dunia bahwa aku mampu dan bisa menjadi orang hebat. Dan untuk menjadi orang hebat aku harus keluar dari zona nyaman, yakni berjuang keras, memanfaatkan waktu termasuk didalamnya sedikit tidur, seperti para ulama yang hanya tidur tiga jam dan menghasilkan karya yang luar biasa. Ya Allah, semoga dengan semua usaha yang telah dan akan ku lakukan dapat Engkau ridhoi dan dapat menjadi nyata, amien..
MIMPI
Kembali ku merajutnya di tengah kegalauan
keyakinan diri yang semakin menggoyahkan tekad
akankah impian menjadi nyata
sedang hari pun tak lagi menampakkan harapan
wujud waktu fajar seakan telah tenggelam
menjadi gelap malam yang kelam..

segala asa tak lagi terasah
oleh karena lingkaran aman
yang menyelimuti ketegaran
hingga terlanjur berdiam di zona nyaman

Sadarkah diri ini, bahwa
waktu takkan berulang
meski jasad tingallah tulang

Jangan biarkan penyesalan datang
di masa yang tak lagi berpeluang

maka,
kejarlah mimpi itu
dengan usaha maksimal di atas rata – rata
sampai impian menjadi nyata
hingga dunia yang dahulu mentertawakan
akan menjadi saksi
bahwa aku adalah diriku yang hebat dan luar biasa..
Manado, 14 Juli 2011

Tinggalkan komentar