Di Tengah Kesibukkan

Lama tak menulis lagi.. seperti ada yang kurang tak menyalurkan segala pikiran, perasaan, opini dan lainnya lewat tulisan. Jadi ingat sebuah kalimat yang sampai sekarang masih menginspirasi.. “Ikatlah ilmu dengan menulis”. Ya, menuliskan segala yang disaksikan panca indera hingga bisa menjadi pelajaran atau bahkan inspirasi bagi orang yang membacanya. Alhamdulillah semangat menulis itu datang kembali, walau ditengah kesibukkan yang ada. Memang kesibukkan bukanlah alasan untuk mengesampingkan hobi, apalagi menulis. Ku harap tulisan2 kunanti bisa menginspirasi pembaca atau minimal menjadi pembelajaran untuk diri sendiri.

Apa kabar semangat hari ini?

Masihkah menggelora ataukah telah padam oleh rutinitas? Berbicara soal semangat yang datang dan pergi, naik dan turun. Kadang disaat semangat sedang naik rasanya apapun dapat kita lakukan, rasanya semua yang diimpikan semakin dekat, namun disaat semangat sedang turun maka semuanya tak  bisa dilakukan, bahkan hidup ini sesaat kehilangan makna. Apakah pembaca pernah mengalami hal yang sama?

Suatu ketika seseorang mengirim pesan singkat, kurang lebih seperti ini ” Selalu tetap semangat Ratih, kau harus terbiasa dalam tekanan, dalam kondisi yang membuat tak baik suasana jiwa.. dan semua itu tak boleh mempengaruhi jiwamu. tak boleh kau menjadi kuat atau lemah karena lingkungan, pekerjaan, keluarga dan organisasi.. semua harus KAU TAKLUKAN, BUKAN SEBALIKNYA”..dst. Awalnya kupikir pesan itu biasa saja. Aku sudah terbiasa membaca banyak tulisan – tulisan para motivator, bagiku saat semangat sedang sangat menurun tulisan – tulisan penyemangat tak berpengaruh, sama sekali tidak. Namun entah kenapa aku membaca kembali berulang.. dan jadi kepikiran dengan pesan singkat itu. Ada benarnya juga, aku harus bisa menaklukan semua tantangan yang ada. Bukankah sebelumnya ada begitu banyak masalah dan tantangan besar yang telah mampu kulewati? Lantas mengapa sekarang aku menyerah begitu saja?
Mulailah aku menelusuri kedalaman pikiran dan mencari tahu apa sebenarnya yang membuatku kehilangan semangat yang ada. Ternyata ada beberapa kekhawatiran dan kurangnya tujuan yang membuat semangat itu pergi meninggalkanku. Kini kutemukan kembali semangat itu..

Ternyata kita butuh kejelasan tujuan hidup yang sebenarnya. Tujuan yang jelas, target yang jelas, perencanaan yang jelas. Hingga saat semua itu telah jelas maka takkan ada kata tak bersemangat atau kehilangan gairah hidup karna kita telah menyadari apa sebenarnya yang tengah diperjuangkan..

Manado, 23 Marer 2016
_Disela kesibukkan yang ada_

Rasa..

Butiran air yang mengkristal di ujung mata perlahan jatuh satu – satu tanpa mampu ku bending, menitikkan tetesan hangat dipipi hingga jatuh sampai ke dasar hati..
Aku menangis tanpa tahu apa sesungguhnya penyebab kesedihan ini. Inilah hati, inilah jiwa yang dipenuhi warna. Rasa memang tak perlu definisi, karena tak seorang pun mengerti apa itu kebahagiaan hakiki, apa itu kesedihan abadi. Seringkali spekulasi manusialah yang merangkai pernyataan akan sebuah definisi yang semu. Kita hanya bisa menjabarkan rasa dalam ekspresi senyum dan menangis, mungkin. Lantas bagaimana bisa semua itu terbaca dalam ekspresi yang pada kenyataannya hanya direkayasa oleh pelaku itu sendiri. Kita sering tersenyum padahal hati sedang berontak, atau sebaliknya. Terkadang logika kita pun tak bisa membedakan mana kesedihan atau kebahagiaan yang sesungguhnya karena terlalu banyak melakukan rekayasa ekspresi.
(09 Agustus 2012)

Sebuah ujian,

“ Kita tetap akan diuji dengan ujian yang sama, hingga LULUS dari cobaan tersebut.”

Saat diri kita mulai bertekad meninggalkan suatu hal yang sia- sia ataupun saat kita tengah berjuang dalam lembaran baru lingkaran perubahan, maka disaat itulah ujian datang. Terkadang ujian tersebut tidak jauh berbeda atau bahkan sama dengan ujian sebelumnya yang telah dilewati. Mungkin saya dan anda pun pernah bertanya- tanya mengapa ujian datang lagi? Dan mengapa cobaan datang dalam bentuk ujian yang sama padahal sudah pernah terlewati?
Perlu disadar bahwa MELEWATI suatu ujian bukan berarti sudah LULUS. Seorang siswa yang telah melewati dan menyelesaikan ujian semester ataupun ujian nasional BELUM LULUS sebelum hasil ujian diperiksa dan dinyatakan LULUS oleh pihak yang bersangkutan. Sama halnya dengan kita yang telah melewati ujian hidup. Ketika siswa tersebut dinyatakan tidak lulus, maka wajib mengikuti ujian lagi. Dan ujian tersebut tidak akan jauh berbeda dengan ujian yang pertama. Begitupun hidup ini, saat kita sudah melewati satu ujian dan belum lulus dimata Allah, maka Allah akan menguji kita dengan ujian yang sama sampai benar – benar lulus dan naik ke tingkat berikutnya, ke ujian yang berbeda.
Sobat yang saya cintai, semoga kita bisa menjadi orang yang lebih kuat dan tegar dalam mengarungi samudra kehidupan yang semakin hari semakin bergelombang. Jadikan ujian sebagai batu loncatan untuk lebih dekat denganNya dan sebagai ghirah dalam bermetamorfosis menjadi orang yang luar biasa. Salam Semangat.

_Ratih, Violet motivator_

WAKTU MELESAT BAGAI PESAWAT LEPAS LANDAS

            

            Pernahkah anda bermain Mario bross/ Mario Forever? Atau minimal pernah melihat dan mendengar games tersebut? Jika diperhatikan, dalam setiap episode petualang si Mario disediakan waktu sekitar 300 detik. Ah ya, saya bukan ingin membahas soal games, tapi soal “kehidupan”. Kehidupan yang berkaitan dengan waktu. Dalam episode petualangannya, Mario tidak diberikan waktu tambahan untuk “hidup”. Jika Mario sudah kehabisan waktu dan belum sampai pada garis finis ke episode berikutnya, maka secara otomatis Mario akan mati. Permainan terebut saya pikir bisa memberikan kita sedikit pemahaman tentang manajemen waktu. Bagaimana si Pemain Mario menggunakan se-efisien mungkin hingga bisa mengalahkan musuh dan mengambil harta karun / uang yang ada sampai garis finis dan tidak mati. Karena jika tidak efisien maka waktu bisa membunuh Mario. Kita pun seperti itu, jika tidak bisa mengatur waktu dan memanfaatkan waktu, maka kita akan rugi. Karena waktu ibarat pedang, jika tidak kita potong maka ia akan memotong kita.

            Seringkali waktu terbuang begitu saja, secara sadar ataupun tidak, sengaja ataupun tidak sengaja. Padahal waktu merupakan kehidupan itu sendiri (Hasan Albanna). Dalam AlQuran, Allah bersumpah dalam banyak surat seperti demi waktu malam, demi waktu fajar, demi waktu dhuha dan demi masa.

            Salah satu “penyakit” yang seringkali kambuh dan menggerogoti waktu adalah menunda. Sebenarnya menunda bukanlah penyelesaian melainkan menambah beban pikiran karena pekerjaan yang seharusnya sudah selesai justru belum dikerjakan. Lantas apa yang harus dilakukan untuk menyembuhkan “penyakit” menunda akibat virus malas? Cara satu – satunya adalah MULAI. Ya, dengan memulai maka semangat untuk menyelesaikan pekerjaan akan tumbuh. Lantas sudahkah kita menyelesaikan kewajiban kita? Sudah siapkah jika detik ini ajal menjempaut? Sudahkah kita bermanfaat untuk umat? Mulailah.. mulai sekarang! Stop menunda! J

WAKTU MELESAT BAGAI PESAWAT LEPAS LANDAS

            

            Pernahkah anda bermain Mario bross/ Mario Forever? Atau minimal pernah melihat dan mendengar games tersebut? Jika diperhatikan, dalam setiap episode petualang si Mario disediakan waktu sekitar 300 detik. Ah ya, saya bukan ingin membahas soal games, tapi soal “kehidupan”. Kehidupan yang berkaitan dengan waktu. Dalam episode petualangannya, Mario tidak diberikan waktu tambahan untuk “hidup”. Jika Mario sudah kehabisan waktu dan belum sampai pada garis finis ke episode berikutnya, maka secara otomatis Mario akan mati. Permainan terebut saya pikir bisa memberikan kita sedikit pemahaman tentang manajemen waktu. Bagaimana si Pemain Mario menggunakan se-efisien mungkin hingga bisa mengalahkan musuh dan mengambil harta karun / uang yang ada sampai garis finis dan tidak mati. Karena jika tidak efisien maka waktu bisa membunuh Mario. Kita pun seperti itu, jika tidak bisa mengatur waktu dan memanfaatkan waktu, maka kita akan rugi. Karena waktu ibarat pedang, jika tidak kita potong maka ia akan memotong kita.

            Seringkali waktu terbuang begitu saja, secara sadar ataupun tidak, sengaja ataupun tidak sengaja. Padahal waktu merupakan kehidupan itu sendiri (Hasan Albanna). Dalam AlQuran, Allah bersumpah dalam banyak surat seperti demi waktu malam, demi waktu fajar, demi waktu dhuha dan demi masa.

            Salah satu “penyakit” yang seringkali kambuh dan menggerogoti waktu adalah menunda. Sebenarnya menunda bukanlah penyelesaian melainkan menambah beban pikiran karena pekerjaan yang seharusnya sudah selesai justru belum dikerjakan. Lantas apa yang harus dilakukan untuk menyembuhkan “penyakit” menunda akibat virus malas? Cara satu – satunya adalah MULAI. Ya, dengan memulai maka semangat untuk menyelesaikan pekerjaan akan tumbuh. Lantas sudahkah kita menyelesaikan kewajiban kita? Sudah siapkah jika detik ini ajal menjempaut? Sudahkah kita bermanfaat untuk umat? Mulailah.. mulai sekarang! Stop menunda! J

Ujian Akhir (Motivation 1)

“ Kita tetap akan diuji dengan ujian yang sama, hingga LULUS dari cobaan tersebut.”

Saat diri kita mulai bertekad meninggalkan suatu hal yang sia- sia ataupun saat kita tengah berjuang dalam lembaran baru lingkaran perubahan, maka disaat itulah ujian datang. Terkadang ujian tersebut tidak jauh berbeda atau bahkan sama dengan ujian sebelumnya yang telah dilewati. Mungkin saya dan anda pun pernah bertanya- tanya mengapa ujian datang lagi? Dan mengapa cobaan datang dalam bentuk ujian yang sama padahal sudah pernah terlewati?
Perlu disadar bahwa MELEWATI suatu ujian bukan berarti sudah LULUS. Seorang siswa yang telah melewati dan menyelesaikan ujian semester ataupun ujian nasional BELUM LULUS sebelum hasil ujian diperiksa dan dinyatakan LULUS oleh pihak yang bersangkutan. Sama halnya dengan kita yang telah melewati ujian hidup. Ketika siswa tersebut dinyatakan tidak lulus, maka wajib mengikuti ujian lagi. Dan ujian tersebut tidak akan jauh berbeda dengan ujian yang pertama. Begitupun hidup ini, saat kita sudah melewati ujian satu ujian dan belum lulus dimata Allah, maka Allah akan menguji kita dengan ujian yang sama sampai benar – benar lulus dan naik ke tingkat berikutnya, ke ujian yang berbeda.
Sobat yang saya cintai, semoga kita bisa menjadi orang yang lebih kuat dan tegar dalam mengarungi samudra kehidupan yang semakin hari semakin bergelombang. Jadikan ujian sebagai batu loncatan untuk lebih dekat denganNya dan sebagai ghirah dalam bermetamorfosis menjadi orang yang luar biasa. Salam Semangat.

_Ratih, Violet motivator_

Antologi Curahan Hati Untuk Tuhan

Alhamdulillah naskah antologi saya sudah terbit, semoga bisa menjadi inspirasi teman2 dan bisa menambah semangat dalam menulis. Yang pasti, saya berharap apa yang saya tulis dapar bermanfaat dunia, akhirat, untuk dakwah…
“Mengukir peradaban dengan goresan pena, semangat!”..

Ni dia tulisannya:
Impianku Harapanku
Duhai Allah, izinkan hamba menguraikan bait kata yang mewakili isi hati, agar dapat terdefinisi segala rasa yang selama ini menjadi keresahan jiwa yang hanya terendap dalam ruang pikiran. Maka saat ini dengan untaian kalimat per kata akan kutumpahkan semua harapan dan asa yang kubingkai dalam sebuah impian.
Ya Allah, saat ini begitu banyak pilihan dan ujian yang tengah kuhadapi. Semakin bertambahnya angka usia dan tingginya ilmu pengetahuan yang sedang ku timba, maka semakin berat beban yang menuntut kedewasaan juga kemampuan diri dalam menyelesaikan semua masalah. Saat pertama menginjakkan kaki di kampus, aku begitu yakin dan percaya tentang impian yang telah ku bangun sejak sekolah menengah. Ya, impian untuk bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus kuliah ini, yakni program S2 ke luar negeri. Aku berharap dengan segala kemampuan yang dimiliki, bisa mengantarkanku menuntut ilmu ke negeri impian, Australia. Selain itu, aku berharap, sebelum studi S1 selesai aku telah memiliki bisnis yang bisa menjadikanku lebih mandiri dengan membiayai kuliah dengan hasil dari bisnis itu. Sepertinya mimpi itu begitu sempurna, namun seiring berjalan waktu, segala yang berjalan tidak sesempurna ketika mimpi itu lahir, melainkan ada kerikil tajam bahkan tak jarang batu besar yang membentur harapan dan semangat menggapainya. Ya Allah, adakah yang salah dari perjuanganku selama ini? Kini, aku hampir menyelesaikan studi S1, namun segala bisnis yang kucoba, jatuh bangun, bahkan terasa jatuh begitu dalam, aku seperti tak memiliki kekuatan untuk bangun. Ya Allah, apa yang harus kulakukan? Pintu gerbang menuju masa depan telah di depan mata, namun segala yang kurencanakan belum terlihat hasilnya. Umurku sudah mulai memasuki hampir seperempat abad, tapi hingga saat ini belum bisa memberikan apa – apa untuk orang tuaku. Aku masih seperti anak pada umumnya, kuliah dengan sepenuhnya biaya dari orang tua, padahal mimpiku ketika awal kuliah, di usia seperti ini aku sudah bisa membiayai kuliah dari hasil keringat sendiri, bahkan kalau bisa aku ingin membantu meringankan beban orang tua dengan memberikan sedikit penghasilanku. Tapi semua itu seakan menjadi bayang semu yang begitu samar, sulit tuk menggapainya meski butiran airmata tengah mengalir deras dalam perjuangan ini.
Ya Allah, dapatkah aku mewujudkan impian untuk bisa melanjutkan sekolah ke luar negeri? Sedang ibuku tengah mengalami sakit, yang akupun tidak begitu paham dengan jenis penyakit apa yang dideritanya. Sudah hampir enam tahun, kaki ibu sulit digerakkan dan diluruskan, sehingga untuk berjalan beliau menggunakan tongkat sebagai bantuan. Kakakku sudah menikah dan tinggal di tempat rantauan, sehingga akulah harapan satu – satunya untuk menemani dan merawat ibu. Ayah memang masih ada, tapi ibu tetap membutuhkanku sebagai penghiburnya. Akupun tak tega meninggalkannya untuk pergi ke tempat yang jauh dan untuk waktu yang cukup lama dalam menuntut ilmu, sehingga aku harus tetap berada di kota ini, tempat kelahiranku sendiri, untuk menunaikan segala kewajiban sebagai seorang khalifah dan seorang anak tentunya. Tapi Allah, sesungguhnya engkau maha mengetahui, bahwa di balik sekat hati yang lain, ada harapan yang masih menggantung, ada impian yang masih tersimpan utuh, yakni melanjutkan sekolah ke luar negeri. Aku bimbang, Allah. Duhai Allah, tunjukkan jalan terang itu. Aku yakin engkau lebih tahu yang terbaik bagiku. Aku berharap kesembuhan ibu, aku ingin melihat ibu berjalan normal seperti ibu – ibu yang lain. Aku ingin ibu bisa menikmati sisa hidupnya dengan senyuman tanpa beban, berjalan berkeliling ke tempat yang ia sukai dan menikmati berbagai makanan kesukaan tanpa ada larangan dari dokter akan kesehatannya. Aku ingin berjalan bersama ibu seperti dulu, mengelilingi kota sambil tertawa dan berpelukan, merasakan keceriaan ibu yang telah lama hilang. Ya Allah, yang maha Rahman, Adakah segala yang ku pinta akan terkabul? Bukankah tidak ada yang tidak mungkin jikalau engkau telah berkehendak? Kiranya engkau memberikan kesembuhan itu, agar akupun dapat belajar keras meraih beasiswa dan melanjutkan sekolah ke luar negeri, dengan begitu aku tak perlu khawatir meninggalkan ibu yang telah engkau beri kesembuhan. Dan dengan begitu juga aku bisa pergi ke negeri impian tanpa beban, meski berpisah untuk waktu yang cukup lama tetaplah menyisakan rindu yang menyayat hati, tapi dengan mengetahui bahwa ibu dalam keadaan sehat itu sudah cukup bagiku.
Apakah semua itu tinggallah angan, ya Rabb? Allah, aku tidak ingin berputus asa, karena aku tahu engkau tidaklah suka dengan umat yang berputus asa. Aku juga tak ingin berhenti berusaha karena aku tahu, bahwa engkau menjanjikan kemudahan dibalik sebuah kesulitan. Maka, ajari aku menapaki jalan terjal ini, hingga dapat ku gapai indahnya puncak yang tinggi dengan sabar dan syukur.
Ya Allah, mungkin selama ini aku belum berusaha dengan maksimal, sedangkan dalam hidup ini engkau telah mengajarkan untuk berusaha di atas rata – rata dalam mencapai sebuah tujuan. Seperti kutipan kalimat yang pernah kubaca dalam sebuah buku “Iza shadaqal azmu wadaha sabil, kalau benar kemauan maka terbukalah jalan.” Saat ini impian itu ada, juga kemauan, maka aku yakin Allah, engkau pasti membukakan jalan, bukankah engkau sesuai prasangka hambamu?
Ya Allah, jika selama ini aku jauh dariMu, maka dekatkanlah. Sesungguhnya Engkau dekat, hanya saja aku yang menjauh dariMu. Mungkin aku terlalu sibuk dengan urusan lain hingga sedikit waktu yang kuhabiskan bersamaMu, sepertiga malam yang engkau hadiahkan, seringkali kulewatkan begitu saja, padahal di saat – saat seperti itulah waktu yang tepat untuk mengadu dan meminta pertolongan.
Ya Allah, ampuni aku yang juga kurang sabar dalam menghadapi ujian dariMu. Mungkin sekarang belum saatnya aku melihat semua hasil perjuanganku selama ini, mungkin nanti, di waktu yang telah engkau tentukan. Ampuni aku karena begitu tergesa ingin melihat hasil, sedang usaha belum maksimal di atas rata – rata, sehingga membuat semangat meredup dan tidak sabar, padahal Engkau telah mengajarkan aku untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai pertolongan.
Ya Allah, ampuni aku yang tidak mensyukuri nikmat yang luar biasa yang telah engkau berikan dalam menggapai impian ini. Betapa tidak, hampir seluruh fasilitas telah tersedia, dari laptop, buku, jaringan internet, dan lainnya yang sangat membantu aku dalam belajar, dalam berjuang. Tapi aku seringkali terlena oleh kenyamanan ini dan melupakan kerja keras sebagai jalan menuju puncak. Padahal begitu banyak orang hebat yang telah membuktikan bahwa impian mereka bisa menjadi nyata, dengan fasilitas yang terbatas, bagaimana dengan aku? Seharusnya akupun dapat lebih berusaha dan membuktikan pada dunia bahwa aku mampu dan bisa menjadi orang hebat. Dan untuk menjadi orang hebat aku harus keluar dari zona nyaman, yakni berjuang keras, memanfaatkan waktu termasuk didalamnya sedikit tidur, seperti para ulama yang hanya tidur tiga jam dan menghasilkan karya yang luar biasa. Ya Allah, semoga dengan semua usaha yang telah dan akan ku lakukan dapat Engkau ridhoi dan dapat menjadi nyata, amien..
MIMPI
Kembali ku merajutnya di tengah kegalauan
keyakinan diri yang semakin menggoyahkan tekad
akankah impian menjadi nyata
sedang hari pun tak lagi menampakkan harapan
wujud waktu fajar seakan telah tenggelam
menjadi gelap malam yang kelam..

segala asa tak lagi terasah
oleh karena lingkaran aman
yang menyelimuti ketegaran
hingga terlanjur berdiam di zona nyaman

Sadarkah diri ini, bahwa
waktu takkan berulang
meski jasad tingallah tulang

Jangan biarkan penyesalan datang
di masa yang tak lagi berpeluang

maka,
kejarlah mimpi itu
dengan usaha maksimal di atas rata – rata
sampai impian menjadi nyata
hingga dunia yang dahulu mentertawakan
akan menjadi saksi
bahwa aku adalah diriku yang hebat dan luar biasa..
Manado, 14 Juli 2011

NZ..

Mungkin kaulah yg dikirimkanNya, pengganti sesuatu yang pernah hilang. Betapa sulitnya menjadi pendengar yang baik, seringkali kita lebih suka didengarkan daripada mendengar. Dan begitulah yang seringkali kualami. Sulit menemukan pendengar yang baik, teman berbagi, jikapun ada yang bersedia mendengar, maka itu hanya sebatas mendengar, tak ada masukan yang jelas, juga penyemangat. Aku tahu, semua itu karena kita disibukkan dengan urusan masing – masing, hingga pikiran tidak bisa fokus, apalagi mendengar keluh kesah orang lain.
Namun, tidak untukmu. Kau pendengar yang baik, juga inspiratif, kata penyemangat darimu selalu memiliki makna berbeda dari mereka pada umumnya. Bisa dibilang, kau cukup unik. Meski terkadang, kau kurang memiliki kepekaan, hingga apa yang dibicarakan tidaklah sampai ataupun sulit dimengerti, hmm 😦 .

Saat kepenatan mengekang pikiran, saat itulah candamu mengembalikan keceriaan yang hilang. Ya, karena kau mampu membuatku tersenyum 🙂

Terimakasih sudah menjadi temanku..

Cause Every Moment We Share Together
Is Even Better Than The Moment Before
If Every Day Was As Good As Today Was
Then I Can T Wait Until Tomorrow Comes

(Westlife)

Catatan kecilku :)

, hari ini kembali mengisi kegiatan dakwah sekolah, RYC ROHIS SMAN9. ada sedikit kekakuan, mungkin karena sudah lama tak berinteraksi dengan anak remaja dalam hal ini SMA. Tapi aku berusaha seceria mungkin, agar para objek dakwah bisa merasa nyaman. Kelompok baru yang menjadi tanggung jawabku saat ini berjumlah 16 orang, rasanya ini personil terbanyak dari sekian kelompok yang pernah dibina olehku.
Sebelum pembagian kelompok, ustad memutar slide foto2 rohis yang dulu. Aku sempat terbawa suasana masa SMA, saat – saat pertama mengenal dakwah, aktif dirohis, sibuk mengurus siswa baru dan hal lainnya yang luar biasa. Ah.. ternyata waktu berjalan lebih cepat dari yang kuperhitungkan. Terkadang waktu melaju bagai kereta eksekutif yang sangat cepat melewati jalurnya. Waktu, oh waktu, rasanya baru kemarin kukenakan jilbab ini, dengan busana putih abu – abu dalam kesehariannya, namun saat ini barulah sadar bahwa aku bukan lagi remaja, bukan lagi anak SMA, bahkan aku sudah menapaki jalan yang jauh, tinggal beberapa jengkal lagi menjadi sarjana ekonomi. Surat permohonan skripsi sudah di ACC, tinggal menyusun, konsultasi, sidang skripsi, ya semua tinggal menunggu waktu, dan waktu tidaklah lambat melainkan laju tanpa menunggu siapapun, kitalah yang mengejar waktu. Dan semoga segala yang kutempuh saat ini bisa bermanfaat untukku, untuk keluarga juga untuk umat kelak.

INDONESIA JAYA

Muslim negarawan
Berjuang keras walau tak dikenal sebagai pahlawan
memperjuangkan idealisme yang tertawan
walau bukan seorang tahanan

Segores luka yang mengiris
bukan langkah yang membuat pesimis
untuk seorang aktivis

Indonesia merdeka
adalah doa dan asa
yang menembus gemerlap hedonis dengan pelita cita
Indonesia jaya, harapan itu masih ada..

Previous Older Entries